20.2 C
Indonesia

Pembunuhan Warga Sipil Mali Terjadi Beberapa Kali, Penjaga Perdamaian PBB Dikerahkan

Must read

MALI – Pasukan penjaga perdamaian PBB di Mali telah mengerahkan dua unit ke tiga daerah perbatasan negara Afrika itu dengan Burkina Faso dan Niger untuk menanggapi serentetan pembunuhan warga sipil.

Menurut sumber resmi dan militer, korban jiwa dari sejumlah serangan yang dilakukan oleh afiliasi ISIS yang telah melonjak sejak awal Maret telah berjumlah ratusan.

Wilayah itu memang telah lama menjadi hotspot kekerasan orang-orang yang melabeli diri mereka jihadis dan milisi di Afrika Barat.

Baca Juga:

“Situasi keamanan di tiga wilayah perbatasan … khususnya di wilayah Tessit, Talataye, Ansongo dan Menaka, telah sangat memburuk dalam beberapa pekan terakhir,” ungkap pihak misi penjaga perdamaian PBB, MINUSMA.

MINUSMA telah mengerahkan satu unit ke daerah tersebut lebih dari seminggu yang lalu, dengan proses pengerahan selanjutnya yang juga sudah berlangsung pada Kamis (31/3) kemarin.

Pihak MINUSMA juga menambahkan bahwa serangan itu telah mengakibatkan “puluhan kematian”.

Menurut MSA dan sumber-sumber lokal, warga sipil telah menjadi sasaran selama siklus serangan yang terus berbalas antara kelompok milisi etnis Tuareg, termasuk Gerakan untuk Keselamatan Azawad (MSA), dan Negara Islam di Sahara Besar (ISGS).

Dengan keadaan anonim, seorang sumber militer mengungkap bahwa sedikitnya ada 500 warga sipil yang tewas dalam tiga minggu terakhir di wilayah Gao dan Menaka.

Seorang pejabat pemerintah di wilayah Gao juga mengatakan bahwa sekitar 200 warga sipil tewas di komune Talataye pada periode 21 dan 25 Maret kemarin, sementara ribuan lainnya mengungsi.

“Kami memperkirakan [bahwa kami] akan dibunuh setiap saat,” ujarnya dengan keadaan anonim.

Tentara Mali melakukan serangan udara di wilayah Menaka pada 13 Maret 2022. Mereka menyebut serangan itu membantu mematahkan momentum “kelompok teroris”.

Serangan itu tidak menimbulkan korban tewas.

Kondisi Mali yang tidak stabil sejatinya telah terjadi sejak tahun 2012, ketika kelompok Islam membajak pemberontakan etnis Tuareg di utara.

Saat itu, pasukan Prancis turun tangan untuk mendorong mereka keluar dari kota-kota yang mereka duduki, namun upaya itu tidak memberikan hasil yang cukup nyata mengingat kelompok tersebut dapat kembali berkumpul dan juga menyebar ke seluruh wilayah Sahel.

Tentara Mali juga dituduh membunuh warga sipil. Koalisi kelompok Tuareg pada hari Rabu (30/3) mengeluarkan daftar 17 orang yang dikatakan ditangkap dan dieksekusi oleh tentara akhir pekan lalu di kota Ansongo.

Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (29/3), pihak tentara mengatakan bahwa mereka tengah menyelidiki tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di daerah itu dan memperkuat perlindungan warga sipil di Menaka dan Gao.

Mereka telah menghadapi tuduhan serupa yang datang dari PBB dan kelompok hak asasi manusia. Dalam beberapa kasus, mereka mengakui bahwa pasukannya terlibat dalam eksekusi.

 

Sumber: Reuters

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru