SRI LANKA – Rakyat Sri Lanka dikabarkan akan segera dipimpin oleh presiden baru setelah Gotabaya Rajapaksa, presiden yang seharusnya masih menjabat, melarikan diri dan mengajukan pengunduran dirinya pekan lalu.
Parlemen akan menggelar pemungutan suara untuk itu hari ini, Rabu (20/7).
Seperti yang diketahui, Sri Lanka tengah berhadapan dengan krisis ekonomi terburuk dalam 70 tahun terakhir yang membuat keadaan menjadi serba sulit.
Rakyat di negara Asia Selatan itu harus berjuang dengan kondisi serba minim, mulai dari bahan makanan, obat-obatan, bahan bakar, hingga listrik.
Rajapaksa bersama istrinya meninggalkan Sri Lanka dan kabur ke Maladewa, lalu melanjutkan pelariannya ke negara tetangga Indonesia, Singapura.
Dari Singapura, ia mengirimkan surat pengunduran dirinya melalui email.
Adapun bursa pencalonan presiden Sri Lanka telah diisi oleh tiga orang, yakni Dullas Alahapperuma, Ranil Wickremesinghe, dan Anura Kumara Dissanayake.
Ketiganya secara resmi dinominasikan oleh legislator dalam sidang parlemen singkat kemarin, Selasa (19/7), pagi.
Ketiganya tentu bukan sosok yang asing bagi warga Sri Lanka, terutama Alahapperuma dan Wickremesinghe yang dikenal pernah berelasi dengan Rajapaksa.
Dilansir dari Bisnis, Alahapperuma adalah kandidat dari kelompok yang memisahkan diri dari partai yang berkuasa, Sri Lanka Podujana Peramuna (SLPP).
Ia pernah menjabat sebagai Menteri Kabinet Informasi dan Media Massa dan anggota Parlemen Sri Lanka Distrik Matara.
Alahapperuma juga telah menerima dukungan dari pemimpin oposisi utama Sri Lanka, Sajith Premadasa, yang sebelumnya juga ikut mencalonkan diri namun segera menarik diri dari pencalonan tersebut.
“Demi kebaikan yang lebih besar dari negara saya yang saya cintai dan orang-orang yang saya sayangi, saya dengan ini menarik pencalonan saya untuk posisi presiden,” kata Premadasa dalam sebuah pengumuman, dikutip dari The Guardian.
Sementara itu, Wickremesinghe kini menjabat sebagai Perdana Menteri Sri Lanka sekaligus Pelaksana Tugas (Plt) Presiden.
Pencalonannya memantik amarah publik yang tidak terima bahwa kolega dekat Rajapaksa tersebut mendaftarkan diri menjadi calon presiden.
Dilansir dari Tribun News, mereka khawatir langkah ini hanyalah bentuk perpanjangan kekuasaan Gotabaya Rajapaksa dan potensi kembalinya dinasti Rajapaksa ke kursi pemerintahan.
Di sisi lain, Dissanayake dikenal sebagai pemimpin gerakan Marxis Janatha Vimukthi Peramuna (JVP). Ia pernah mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2019 dan kalah.
Pemerintahan baru ini disebutkan hanya akan berlangsung selama 6-8 bulan, sampai Sri Lanka mampu menggelar pemilihan anggota parlemen. Sementara itu, pemilihan presiden yang sebenarnya tidak akan berlangsung sampai tahun 2024.