21.1 C
Indonesia

Mungkinkah Memuji Allah Tanpa Cinta?

Must read

Oleh Pastor Martin Selitubun, Pr dari Keuskupan Agats Papua untuk The Editor

Pada hari Minggu pertama setelah Pentakosta Gereja merayakan Hari Raya Trinitas atau Tritunggal Mahakudus. Ini adalah wahyu besar dari Tuhan bagi manusia yang ditawarkan kepada kita melalui Yesus Kristus seperti tertulis dalam Injil Yohanes:

“begitu besar cinta Tuhan bagi manusia, sehingga Ia mengutus Putra-Nya yang tunggal,”.

Baca Juga:

Cahaya Paskah dan Pentakosta telah memperbaharui diri kita dan akhirnya kita memperoleh kegembiraan dan keajaiban iman, bahwa, “Tuhan itu Cinta”. Ini bukanlah cinta yang sentimental atau emosional tetapi cinta Bapa yang merupakan asal usul semua kehidupan, cinta Anak yang mati di kayu salib dan bangkit, cinta Roh yang memperbarui manusia dan dunia. Pada akhirnya Tuhan mengajarkan kita untuk mencintai agar kita memberi diri kita kepada orang lain seperti yang Yesus berikan kepada kita dan untuk berjalan bersama dengan kita di jalan kehidupan.

Tritunggal Mahakudus adalah wajah Tuhan sendiri yang berjalan bersama dengan manusia. Pada hari ini kita memuji Tuhan untuk kemuliaan-Nya yang luar biasa. Kita memuji dan berterima kasih pada-Nya karena Dia adalah Cinta, dan karena Dia memanggil kita untuk masuk ke dalam pelukan persekutuan-Nya. Dari cinta sejati-Nya inilah muncul misteri terbesar Allah yang menerangi kehidupan manusia.

Dalam terang Tritunggal semakin banyak terjadi persekutuan dengan orang lain. Tritunggal adalah kebenaran, ideal, juga model bagi kehidupan umat manusia yang membantu mengatasi setiap dosa dan egoisme. Kita ditantang untuk berani keluar dari zona nyaman kesendirian kita, dan bersiap mengatasi setiap ketakutan untuk bersaudara dengan orang lain. Omong kosong jika kita memuji Allah saat mata terpejam dan mulut penuh dengan busa, sementara di kehidupan nyata kita hanya mencintai orang se-suku, se-agama, atau se-ras.

Pesta Tritunggal Mahakudus adalah undangan bagi kita untuk masuk ke dalam dinamisme Tuhan dan hidup secara baru bersama orang lain karena kita ada satu keluarga di dalam Allah. Keselamatan terjadi bukan saja karena persekutuan dengan Allah, tetapi juga sikap terbuka untuk bersaudara dengan sesama bahkan dengan mereka yang menurut kita paling hina di dunia sekalipun. Amin.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru