JAKARTA – Menteri Investasi Bahlil Lahadalia merayu para investor, khususnya yang berasal dari Eropa untuk berinvestasi di Indonesia. Salah satu investasi yang ditawarkan adalah pembangunan baterai mobil listrik.
Menurut Bahlil, Indonesia mempunyai bahan baku yang dibutuhkan untuk pembuatan kendaraan listrik, kecuali baterai lithium. Namun saat ini kata dia, sudah ada investor Korea Selatan yakni Hyundai dan LG yang mulai membangun pabrik baterai mobil listrik.
Pada Desember tahun ini, lanjut Bahlil, investor asal China yakni Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) juga akan masuk ke Indonesia untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik.
“Kami mengundang para investor dari Eropa untuk bisa mengambil bagian dalam industri baterai listrik. Kenapa ini saya tawarkan? Komponen bahan baku mobil itu terdiri dari empat, yaitu nikel, manga, kobalt, dan lithium. Di Indonesia mempunyai tiga jenis bahan baku yakni nikel, mangan, dan kobalt. Baterai lithiumnya kita ambil dari luar,” kata dia secara virtual, Selasa (21/9) kemarin.
Pemerintah pun menjanjikan para investor nantinya akan diberikan kemudahan dalam mengurus perizinan usaha dalam rangka investasi. Kemudahan yang ditawarkan mulai dari proses perizinan, insentif, serta lahan yang dibutuhkan para investor.
“Karena itu kami berkeyakinan, silahkan teman-teman untuk mengambil bagian berinvestasi, pemerintah akan hadir untuk mengurus izinnya, mengurus insentifnya. Bahkan jika perlu, mengurus tanahnya juga. Tambangnya bisa kita atur, yang penting ada komunikasi yang baik dengan pemerintah,” ucapnya.
“Kami yakinkan bahwa kolaborasi harus dibangun, baik antara investor maupun dengan BUMN, maupun dengan pengusaha-pengusaha nasional UMKM,” lanjut dia.
Sebelumnya, pemerintah optimis bisa mencapai target investasi tahun 2021, sebesar Rp 900 triliun. Bahlil menyebutkan, perolehan investasi pada tahun ini sudah 49,2 persen dari target Rp 900 triliun.
Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal II-2021 mencapai Rp 116,8 triliun atau 52,4 persen, hampir seimbang dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang jumlahnya Rp 106,2 triliun atau 47,6 persen.