26.4 C
Indonesia

Menkominfo Mengaku Tak Sanggup Ungkap Siapa Pemilik Akun Fufufafa

Must read

THE EDITOR – Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengatakan pihaknya tengah mencari siapa pemilik akun Kaskus Fufufafa yang membuat heboh karena diduga milik wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka. Namun menurut para pakar, mencari pemilik akun tersebut ‘hampir mustahil’.

Akun ini diketahui sangat gencar menghina prabowo Subianto dengan berbagai kata-kata kasar.

Sementara itu, Menkominfo Budi Arie Setiadi sendiri adalah Ketua Projo yang mendukung Joko Widodo selama dua periode kepemimpinannya.

Pernyataan Budi disampaikan setelah netizen ramai membagikan tangkapan layar akun Kaskus Fufufafa yang kerap melayangkan komentar penghinaan terhadap Prabowo Subianto, presiden terpilih, dan beberapa tokoh politik lainnya.

Disadur dari Channel News Asia (CNA) pada 13 September 2024 lalu, Postingan tersebut diduga ditulis pada 2014 hingga 2019, ketika Prabowo menjadi rival Joko Widodo dalam dua pemilihan presiden.

Pada Kamis (12/9) Menkominfo Budi menegaskan bahwa Gibran bukanlah pemilik akun Kaskus Fufufafa, tanpa memberikan bukti-buktinya.

“Sudah kita track. Ada tim yang mengecek, yang pasti bukan punya Mas Gibran,” ujar Budi pada Kamis (12/9/2024), dikutip dari Detik. Budi juga mengatakan bahwa pemilik aslinya pasti ketahuan dan akan segera mereka umumkan. ”

Pakar media sosial dan Koordinator Gerakan #BijakBersosmed, Enda Nasution, mengatakan ‘hampir mustahil’ untuk bisa mengetahui pemilik akun tersebut karena bukti-buktinya akan sulit didapatkan.

Di antara bukti-bukti forensik yang sulit didapatkan, kata Enda, adalah alat-alat seperti ponsel atau laptop yang memiliki akses ke akun tersebut. Penyelidik harus bisa membuktikan bahwa alat itu adalah milik seseorang lengkap dengan identitas yang jelas seperti KTP, dan telah digunakan untuk mengakses akun tersebut.

Bukti lainnya adalah kepastian bahwa seseorang telah menggunakan email, nomor ponsel, serta akses lainnya yang tidak mungkin digunakan oleh orang lain. Penyelidik kata Enda, harus bisa menunjukkan bahwa alat-alat bukti ini telah benar digunakan pemiliknya pada periode-periode posting di akun medsos yang tengah diselidiki.

“Harus ada bukti siapa pemilik akses terhadap akun tersebut yang memang nyata diakses dari sebuah device yang dimiliki seseorang. Dan saya tidak melihat ada kemungkinan bukti forensik ini bisa didapat,” kata Enda kepada CNA.

“Kecuali memang pemilik akunnya mengakui sebagai pemilik akun tersebut,” lanjut dia lagi.

Ismail Fahmi, pakar media sosial sekaligus pendiri Drone Emprit – alat pemantau medsos berbasis AI-, mengatakan orang di balik akun Fufufafa bisa dilacak berdasarkan pola komunikasinya. Misalkan, platform medsos apa saja yang dia gunakan yang terkadang nama akunnya sama, meski berbeda alamat email.

Pola komunikasi tersebut, kata Fahmi, adalah jejak digital yang terkadang bisa membocorkan siapa pemilik akunnya. Cara ini digunakan juga oleh polisi dalam memburu para pelaku kejahatan siber.

Tapi perburuan akan sulit jika memang sedari awal pemiliki akun menggunakan platform medsos sebagai sarana penipuan.

“Mencari pemilik sebuah akun akan sulit jika sedari awal dia sudah menyembunyikan dirinya. Misalnya dia menggunakan nomor telepon dan alamat email yang hanya dipakai sekali,” kata Fahmi kepada CNA.

Hal serupa disampaikan Enda yang mengatakan bahwa penelusuran digital tersebut memiliki kelemahan, karena data-data yang dimasukkan dalam platform medsos bisa jadi palsu. Penelusuran jaringan internet juga tidak dapat menunjukkan siapa pemilik akun.

BERBEDA DENGAN AKUN TROLL BIASA

Dalam penelitian berbasis AI yang dilakukan oleh Ismail dan dipublikasikan di akun X miliknya, diskusi terkait Fufufafa di media sosial “mencakup tuduhan serius, hinaan, dan perdebatan mengenai integritas dan perilaku tokoh politik, yang menciptakan polarisasi di kalangan pengguna media sosial.”

Dari berbagai postingan negatif yang muncul terkait Fufufafa, Ismail menilai penting untuk mencari siapa pemilik akunnya.

“Menurut saya penting (mencari pemilik akunnya), terlepas dari siapa pun dia. Karena kalau kita lihat cuitannya, isinya kadang memprovokasi, menghina, menjatuhkan, dan ini membuat polarisasi, membuat tidak nyaman di internet,” kata Ismail kepada CNA.

Karena menurut Ismail, akun Fufufafa ini berbeda dengan akun troll biasa, yang memang sengaja dibuat untuk memicu kehebohan dan pemilik akunnya mendapatkan kesenangan dari situ.

“Selama tidak menjadi perhatian umum, mungkin tidak terlalu masalah. Kalau troll biasa mungkin biarkan saja, karena mereka memang sengaja mau anonim,” ujar Ismail.

“Tapi karena ini telah menjadi perbincangan publik, bahkan menkominfo sampai berkomentar, maka perlu diketahui siapa pemilik akun ini,” lanjut dia.

Dia juga menyarankan agar netizen cukup melakukan analisis saja di medos, tidak bertindak terlalu jauh, apalagi sampai melakukan pelanggaran hukum. “Misalnya melakukan doxxing, itu tidak boleh,” kata Ismail.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru