JAKARTA – Masyarakat Indonesia mestinya berpesta di pemilihan umum (Pemilu), bukan bertengkar. Peradaban seharusnya tidak mundur saat manusia didorong makin modern dengan berbagai macam teknologi yang membuat hidup makin mudah dan teratur.
Bagaimana caranya? Apakah sulit? Belum tentu. Hegemoni partai dan penguasa selalu dijadikan sebagai bumbu masak paling mutakhir untuk menghabisi semangat para cendikiawan muda Tanah Air dalam berpolitik. Anak muda justru dibuat gaduh demi ambisi politik partai yang hanya memilih tokoh yang tidak merakyat.
Namun demikian, anak muda adalah bagian masyarakat yang paling bisa belajar menerima perubahan yang terjadi, meski drastis. Pilpres 2014 yang dimenangkan oleh Joko Widodo menjadi pintu baru bagi anak muda dari berbagai kalangan untuk berani mencalonkan diri secara independen. Karena kemenangan Jokowi menjadi bukti kekalahan hegemoni partai politik yang hanya memilih calon presiden berdasarkan perspektif sosiologis karena dianggap mudah mendulang suara.
10 tahun pemerintahan Jokowi seharusnya mampu memunculkan nama baru diajang Pilpres 2024 nanti. Masyarakat juga sudah terbiasa dengan gaya blusukan dan blak-blakan ala pria asal Solo ini. Dengan kata lain, sosok baru yang memiliki karakter yang mirip dengan Jokowi tentu memiliki kesempatan yang sama di Pilpres nanti bukan?
Beberapa tokoh yang sangat kontroversial di rentang tahun 2013-2018 The Editor hadirkan untuk Anda. Tiga tokoh dari kalangan pengusaha ini terbukti pernah memunculkan diri di lingkup kerja kabinet Presiden Jokowi. Sepak terjang mereka cukup kontroversi namun memberi dampak yang tak pernah muncul sebelumnya di Indonesia. Siapa saja mereka?
1. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Pria asal Belitung Timur yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo ini adalah salah orang yang paling berani mengubah pola pikir generasi tua hingga generasi milenial Indonesia.
Dalam setiap kesempatan, Ahok secara gamblang mengungkapkan ambisi politiknya untuk maju sebagai calon presiden Indonesia. Ahok termasuk salah satu politisi yang berhasil memuluskan langkah politiknya dengan jalur independen di Pilkada DKI 2016. Keberaniannya maju sebagai calon independen dengan selogan #TemanAhok berhasil mengumpulkan 1 juta dukungan murni dari masyarakat Jakarta.
Partai Nasdem yang sedari awal mendukung keputusan Ahok maju di jalur independen akhirnya ketiban rejeki nomplok karena Partai Hanura, Partai Golkar dan PDIP pun ikut serta. Hingar bingar pesta rakyat di Pilkada DKI diikuti oleh kaum intelektual yang berani menerima keputusan kekalahan Ahok di ibukota. Pilkada DKI 2016 patut diingat dan dijadikan salah satu contoh pesta demokrasi yang paling meriah di Indonesia. Masyarakat seharusnya didorong untuk mengungkapkan aspirasinya dengan cara yang masuk akal, bukan bar-bar.
2. Andi Amran Sulaiman
Pria nyentrik dan aktif ini adalah seorang pengusaha yang berani membawa iklim kerja yang berbeda saat menjabat sebagai Menteri Pertanian di era Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla tahun 2014-2018.
Di tangannya sebagai menteri pertanian. Indonesia setelah 32 tahun kembali merayakan kejayaan lumbung padi nasional dengan berhasil menghentikan gempuran beras impor di Tanah Air. Keputusan Presiden Jokowi membawa Amran dalam kabinet kerjanya di tahun 2014-2018 adalah keputusan paling cerdas karena tidak ada tahun yang dilalui tanpa selebrasi pertanian.
Sementara itu di kehidupan pribadi, Amran adalah seorang pengusaha yang telah berhasil membangun Tiran Group sejak tahun 1999. Nama Amran sebagai pengusaha tidak begitu populer di kalangan politisi dan pejabat di Jakarta. Gaya bicara Amran sangat keras dan terkesan tidak ramah membuat berbagai kebijakan Amran tidak disenangi di media massa.
Contohnya, saat Ia mengimbau agar ibu rumah tangga mau meluangkan sedikit waktu menanam cabai di rumah untuk mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga sehari-hari. Sayangnya, gaya bahasa blak-blakan dan apa adanya tersebut justru mengundang perdebatan di masyarakat.
Amran yang masih keturunan dari Raja Bone ke-16 ini memang memiliki gaya bicara dan semangat kerja yang tak jauh beda dengan Ahok. Hasil kerja keduanya yang bekerja dalam satu periode pemerintahan Presiden Joko Widodo juga menelurkan banyak gebrakan baru. Amran yang menjabat sebagai menteri pertanian, enggan dan tidak mau bersahabat dengan mafia pangan. Sementara Ahok memilih bersahabat dengan para pengusaha dengan alasan untuk mempermudah pembangunan Ibukota Jakarta.
Partai politik semestinya mulai membuka ruang bagi tokoh muda yang berani bicara dan terbukti memiliki kemampuan seperti Amran. Partai politik semestinya mempermudah pekerjaan rumah mereka dengan mencari sosok seperti Amran yang sudah jadi baik dari segi ekonomi dan kepribadian
3. Susi Pudjiastuti
Gaya bicara ceplas ceplos dan apa adanya juga dimiliki oleh mantan Menteri Kelautan RI 2014-2018 Susi Pudjiastuti. Popularitas Susi di masyarakat, terutama di kalangan anak muda sangat tinggi. Keberhasilan Susi membangun bisnis penerbangannya di pelosok Tanah Air menjadi cerita yang tak pernah berhenti ditayangkan diberbagai media massa. Karena sangat santai, Susi menjadi salah satu menteri perempuan yang tidak mendapat teguran saat merokok di Istana Negara.
Namun di akhir jabatannya santer disebutkan bahwa kegagalan Susi terpilih sebagai menteri di kabinet Jokowi-Maruf Amin adalah karena gagal menyejahterakan nelayan. Indonesia Maritime Forum mencatat berbagai kegagalan Susi sebagai menteri diantaranya gagal menghadirkan solusi komprehensif terkait pelarangan 21 alat tangkap ikan yang digunakan nelayan untuk beroperasi di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Republik Indonesia dan gagal memberikan solusi komprehensif terkait pelarangan menangkap lobster, kepiting dan rajungan ukuran tertentu yang mengakibatkan turunnya kesejahteraan nelayan dan banyaknya nelayan beralih profesi ke sektor ekonomi lainnya.
Meski banyak mendapat kritikan, namun Susi tetap terpilih sebagai pembawa acara di stasiun tv milik Surya Paloh, Metro TV. Program bernama Susi Cek Ombak ini cukup sering menyapa para penggemar Susi dengan istilah ‘Kawan Susi’. Sebutan ini memang cukup mirip dengan tagline kampanye Ahok saat berlaga di Pilkada DKI tahun 2016 lalu, yakni Kawan Ahok.