JERMAN – Tidak jauh dari jantung Kota Augsburg di Jerman, hidup sebuah kompleks perumahan dan apartemen yang telah eksis selama lebih dari 500 tahun.
Kompleks itu dikenal dengan nama Fuggerei, yang diambil dari nama keluarga pendirinya, Jakob Fugger.
Berdiri di area yang dikelilingi tembok, tempat ini menawarkan pemandangan kota kecil dengan rumah-rumah yang dirancang tetap mirip dengan desain aslinya.
Deretan rumah itu terlihat indah dalam warna kuning yang senada. Gereja Katolik, kebun anggur, dan area untuk penduduk berkumpul menikmati sarapan mingguan dan hiburan reguler melengkapi dinamika kehidupan di Fuggerei.
Selain fakta tentang keberadaannya yang sudah ada sejak tahun 1500-an, area ini juga menarik banyak perhatian karena murahnya biaya tinggal yang dikenakan ke setiap penduduknya.
Tidak hanya murah, besaran biaya itu bahkan tidak berubah sejak pertama kali ditetapkan pada awal pendiriannya, yakni 88 sen (sekitar Rp18 ribu) setiap tahunnya.
Murahnya biaya ini, bahkan dalam hitungan mata uang rupiah Indonesia, mendorong banyak media menyebut kawasan tersebut menerapkan biaya sewa termurah di dunia.
Adapun besaran biaya itu sejak awal ditetapkan karena Fuggerei adalah kawasan tempat tinggal yang dikhususkan untuk orang-orang miskin di Augsburg.
Melansir Financial Times, biaya itu awalnya cukup untuk menyokong hidup seorang pendeta setempat dan fasilitas lainnya.
Meskipun begitu, besaran biaya itu tidak berubah walaupun ratusan tahun telah berlalu.
Hal ini tentu meringankan beban setiap penduduknya, yang sebelum dapat tinggal di Fuggerei harus memenuhi sejumlah persyaratan terlebih dahulu.
Calon penduduk Fuggerei harus lebih dulu tinggal di Augsburg selama dua tahun, merupakan seorang pemeluk agama Katolik, dan menderita kemiskinan tanpa berutang.
Salah satu penduduk, Barber, mengatakan bahwa ia akan hidup di “kolong jembatan” jika tidak mendapatkan tempat tinggal di Fuggerei.
Mantan penyanyi country dan soul itu kini hidup bersama dua kucing, dua anjing, dan beberapa budgie di rumahnya yang berukuran 60 meter persegi.
Sebagai bentuk rasa terima kasihnya kepada Fuggerei, ia menempatkan salinan potret Jakob karya Albrecht Dürer di sebuah area menonjol di tempat tinggalnya.
Ditempatkan dalam suasana seperti kuil mini, salinan potret itu dikelilingi oleh tiga lilin merah.