JAKARTA – Bagi warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), khususnya para pekerja, KRL Commuter Line adalah penyelamat dari ancaman biaya ongkos yang mahal.
Bukan lagi rahasia bahwa banyak dari mereka yang tinggal di kota-kota tersebut bekerja di kota lain yang cukup jauh jaraknya–yang tentunya akan membutuhkan biaya lebih besar untuk dijangkau jika tidak ada KRL Commuter Line.
Mari ambil contoh seseorang yang tinggal di Citayam (Depok) namun bekerja di kawasan Jakarta Kota.
Dengan KRL Commuter Line, orang tersebut hanya butuh mengeluarkan biaya Rp5.000 untuk sekali perjalanan.
Tanpa KRL Commuter Line, uang dengan besaran yang sama hanya mampu membawanya dengan angkot dari Stasiun Citayam ke Depok, alias tak sampai setengah perjalanan Citayam-Jakarta Kota.
Perbedaan yang sangat besar, bukan? Dan jangan lupakan waktu yang bisa dipangkas dengan kecepatan KRL Commuter Line dibanding waktu yang dihabiskan untuk menaiki angkutan umum lain–yang sangat mungkin terjebak kemacetan.
Kedua hal tersebut lah yang menjadi dalang di balik terus dipilihnya moda transportasi yang satu ini oleh banyak orang.
Maka, jangan heran ketika melihat tumpukan calon penumpang di stasiun-stasiun KRL Commuter Line setiap harinya.
Terlebih pada hari kerja (Senin–Jumat), utamanya pada waktu-waktu ketika para pekerja berangkat/pulang. Stasiun akan penuh, dan orang-orang berdesakan untuk memasuki rangkaian KRL Commuter Line.
Tim The Editor berkesempatan memotret momen tersebut pada Jumat (21/7) pekan lalu sekitar pukul 7.30 WIB.
Gerbong khusus wanita bagian belakang KRL Commuter Line Bogor-Jakarta Kota saat itu terpantau masih mengangkut banyak penumpang.
Memang, tak sepadat rangkaian-rangkaian sebelumnya. Namun, suasana saat itu dapat dikategorikan ramai mengingat penumpang tak bisa bergerak bebas tanpa harus menyenggol penumpang lain.
Hal tersebut agaknya cukup menjadi bukti bahwa KRL Commuter Line masih menjadi transportasi umum pilihan nomor satu warga Jabodetabek untuk bepergian.