21.6 C
Indonesia

Lebih Murah Dari PCR, Ini Bedanya RT-LAMP Terobosan BRIN

Must read

SERPONG – Bersama-sama dengan Quantitative Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR) dan Tes Cepat Molekuler (TCM), RT-LAMP yang baru-baru ini mendapatkan surat izin edar reguler dari Kementerian Kesehatan juga dikategori sebagai tes molekuler NAAT (Nucleic Acid Amplification Test).

Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/3602/2021 yang dikutip dalam Siaran Pers Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai lembaga yang menciptakan RT-LAMP.

Apa Sih RT-Lamp?

Baca Juga:

Secara singkat, RT-LAMP adalah calon detektor varian Covid-19 yang diklaim akan menggantikan, atau digunakan bersama-sama alat tes PCR yang digunakan selama ini.

Dibanding PCR, RT-LAMP diupayakan agar lebih murah dan lebih cepat untuk menunjukkan hasil deteksinya.

Keunggulan RT-LAMP dibandingkan dengan RT-PCR ini selain tidak memerlukan alat deteksi PCR yang mahal, harga kit-nya pun lebih murah,” kata salah satu Peneliti Kimia BRIN, Tjandrawati Mozef.

Perbedaan mendasar kedua metode ini terletak pada proses amplifikasi gen targetnya. Reaksi RT-LAMP berlangsung secara isotermal atau suhu konstan sehingga tidak memerlukan alat thermocycler atau alat PCR.

Desain sistem metode RT-LAMP menggunakan 2 gen target ORF dan gen N, 6 set primer, enzim reverse transcriptase, enzim polimerase; dengan sistem deteksi berbasis turbiditas.

Sementara itu, sampel ekstrak RNA yang digunakan dalam deteksi dengan RT-LAMP ini didapat dari hasil swab hidung yang kemudian dapat dideteksi secara kualitatif dengan melihat adanya presipitasi dengan akurasi yang baik.

“Akurasinya dapat ditingkatkan setara dengan sistem RT-PCR dan reaksi amplifikasi dapat dipantau secara real-time,” ujarnya.

Adapun alat pemantau yang disinggung adalah alat real-time turbidimeter hasil inovasi riset BRIN yang lain, hasil kerja dari tim peneliti Pusat Riset Fisika.

Pihak BRIN berharap RT-LAMP dapat bersaing dengan segala keunggulannya. Maka dengan begitu, mereka dapat membantu salah satu program pemerintah dalam menghadapi pandemi ini, yaitu melakukan testing secara nasional.

“Secara in silico, RT-LAMP telah diuji spesifisitasnya terhadap varian-varian SARS-CoV-2, termasuk varian Delta dan Omicron, dengan hasil mampu mendeteksi varian-varian tersebut,” tuturnya.

Yenny Meliana selaku Kepala Pusat Riset Kimia BRIN mengungkapkan perasaannya yang tidak lagi khawatir tentang berbagai perubahan ataupun penambahan varian virus ini di masa mendatang.

“Kita sudah menguasai kunci teknologinya, sehingga kita sudah siap,” ujarnya dalam agenda Sapa Media pada Senin (17/1).

Meskipun begitu, ia juga berharap tidak ada lagi varian baru virus ini di masa mendatang, dan pandemi dapat berakhir secepatnya.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru