23.4 C
Indonesia

Kucing Pallas Hasil Pengembangbiakan Artifisial di China Mati

Must read

CHINA – Seekor kucing pallas betina penghuni Taman Margasatwa Xining, China barat laut, dilaporkan mati pada Minggu (17/3).

Kucing bernama Sundaniang itu adalah hewan liar yang dilindungi secara nasional tingkat dua di China. Ia mati karena penyakit yang awalnya didiagnosis sebagai pyometra.

Diberitakan Global Times, rilis dari pihak taman menyebut bahwa, hingga sehari sebelum kematian Sundaniang, rekaman siaran langsung pada Sabtu (16/3) menunjukkan bahwa kucing itu masih gemuk.

Para penjaga juga disebut tidak menemukan adanya kelainan pada pola makan, buang air besar, berat badan, dan aktivitasnya melalui pengamatan makan hariannya.

Akan tetapi, setelah masuk ke dalam “rumah kecil” yang disumbangkan oleh seorang netizen pada Sabtu malam, ia tidak pernah keluar. Para penjaga menemukannya mati pada Minggu pagi.

Sundaniang, yang lahir pada tahun 2021, berusia hampir 3 tahun dan sedang dalam masa estrus kedua.

Ia mulai berpartisipasi dalam penelitian ilmiah reproduksi buatan di dalam kandang sejak Februari, menurut rilis tersebut.

Karena khawatir kucing itu tidak terbiasa dengan kandang dan kehilangan nafsu makan dan berat badan, para penjaga memantau pola makan dan buang air besar, berat badan dan ukuran, serta mengamati perilaku dan kebiasaannya setiap hari.

Sundaniang diketahui lahir dari pasangan Sunsimiao-Sunshangxiang. Sunsimiao adalah satu-satunya kucing pallas jantan yang ditangkarkan di China, sementara betinanya diselamatkan pada tahun 2019.

Sundaniang adalah kucing pallas hasil pengembangbiakan artifisial pertama yang dapat bertahan hidup di Tiongkok.

Pada tahun 2022, Sunsimiao dilaporkan tersedak hingga mati saat makan ayam pada usia tujuh setengah tahun.

Dokter hewan mengatakan bahwa pyometra biasa terjadi pada anjing betina, kucing, kelinci, dan hewan peliharaan lainnya yang sedang berahi, serta memiliki patogenesis yang kompleks yang secara umum diyakini sebagai hasil dari kombinasi hormon dan bakteri, demikian menurut pernyataan tersebut.

Meskipun deteksi dini dan pengobatan adalah kunci untuk menghindari tragedi, tidak ada eksudat yang ditemukan sebelumnya dari Sundaniang, dikombinasikan dengan otopsi awal, kucing itu mungkin termasuk dalam kasus jenis nanah uterus tertutup yang sulit dideteksi.

Deteksi juga semakin sulit dengan kondisi fisik kucing pallas yang berbulu panjang dan bertubuh gemuk, serta sifatnya yang lebih sering bersembunyi, tidur, dan mudah stres.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru