28.4 C
Indonesia

Kenang Korban Nazi, Seniman Ini Ukir Nama Mereka di Batu-Batu Jalanan

Must read

JERMAN – Seorang seniman Jerman punya cara tersendiri untuk mengenang dan menghormati para korban Nazi, utamanya mereka yang dideportasi dan dibunuh oleh gerakan itu.

Ia membuat semacam batu peringatan, dengan menghiasi bagian atasnya dengan kuningan yang mencantumkan nama, tanggal lahir, dan keadaan sang korban sebelum meninggal, untuk ditanam di alamat terakhirnya.

Melansir Reuters, Gunter Demnig kini bersiap untuk meletakkan batu ke-100.000 nya, mengatakan permintaan lebih tinggi dari sebelumnya.

Dengan menempatkan stolpersteine (“batu sandungan”), pria berusia 75 tahun itu berharap dapat menarik perhatian orang-orang pada nasib mereka yang menjadi korban dalam Holocaust.

Proyek ini dimulai sekitar tiga dekade lalu ketika Demnig meletakkan batu pertama di Berlin dan Cologne.

Hampir 100.000 batu kemudian, mereka dapat ditemukan di 30 negara di seluruh Eropa, mulai dari Finlandia hingga Italia, Hongaria, Rusia, dan Ukraina.

“Saya tidak pernah memimpikan ini,” kata Demnig, mengatakan ia awalnya hanya berekspektasi akan mencapai beberapa ratus atau mungkin 1.000 batu.

“Saya cukup naif untuk percaya bahwa itu akan menurun pada titik tertentu … tetapi sebaliknya: minat semakin besar.”

Di bengkelnya, Demnig membuat karyanya dengan tangan.

Ia meletakkan sebagian besar batu, yang dapat diminta oleh siapa saja, dengan usahanya sendiri, dengan biaya yang dibayar melalui sumbangan dan sponsor dari perorangan maupun perusahaan atau lembaga.

“Orang-orang bertanya mengapa saya tidak membuatnya di pabrik? Saya katakan Auschwitz adalah pabrik pembunuhan. Itulah mengapa penting bagi saya bahwa tulisan itu dipalu ke plakat dengan tangan,” katanya.

Terinspirasi oleh Talmud, ringkasan pemikiran dan komentar Yahudi, yang mengatakan seseorang hanya dilupakan ketika namanya dilupakan, batu-batu di depan bangunan menghidupkan kembali ingatan orang-orang yang tinggal di sana.

Mereka memperingati semua kelompok korban Nazi, termasuk Yahudi, Sinti dan Roma, lawan politik, kaum gay dan “elemen antisosial”, atau penjahat.

Mereka telah menjadi bagian integral dari kota-kota di seluruh Jerman, terutama Berlin, di mana penduduk setempat dan turis berhenti untuk memeriksa batu-batu, yang bersinar di trotoar abu-abu dan kadang-kadang bertaburan bunga di atasnya.

“Di sini ada seorang ibu yang mendapat stigma sebagai ‘antisosial’. Anaknya ditempatkan di panti asuhan. Keduanya dibunuh,” kata Demnig saat bersiap meletakkan dua batu di luar rumah di Cologne tempat mereka tinggal.

Sementara bertekad untuk melanjutkan pekerjaannya, Demnig pasrah untuk akhirnya mendelegasikan kepada rekan-rekannya. 

“Selama lutut saya masih baik-baik saja, saya akan terus berjalan,” katanya.

 

Sumber: Reuters

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru