24.9 C
Indonesia

Kelompok Pemberontak Thailand Selatan Akan Hentikan Kekerasan Selama Bulan Ramadhan

Must read

THAILAND – Pemerintah Thailand pada hari Sabtu (2/4) memuji “kemajuan signifikan” dalam pembicaraan terakhir dengan kelompok utama yang memerangi pemberontakan di selatan negara itu. Kedua pihak sepakat untuk menghentikan kekerasan selama bulan suci Ramadhan.

Delegasi pemerintah Thailand dan perwakilan dari kelompok pemberontak utama, Barisan Revolusi Nasional (BRN), kembali bertemu pada awal pekan ini di Malaysia dalam putaran terakhir pembicaraan setelah dialog perdamaian dilanjutkan pada bulan Januari lalu.

Sebelumnya, upaya ini menemui jeda selama dua tahun akibat pandemi covid-19.

Baca Juga:

Lebih dari 7.300 orang telah tewas dalam tindak kekerasan terkait pemberontakan yang telah berlangsung sejak 2004 ketika pemberontakan puluhan tahun berkobar di Provinsi Narathiwat, Yala, Pattani dan beberapa bagian Songkhla, daerah mayoritas Muslim berbahasa Melayu di Thailand.

Dalam sebuah pernyataan, BRN mengatakan bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk menghentikan kekerasan selama bulan Ramadhan, yang berlangsung dari 3 April hingga 14 Mei.

Penghentian itu dikatakan untuk “menciptakan suasana yang aman dan sejahtera” bagi masyarakat sebagai proses “membangun kepercayaan” untuk “membangun perdamaian yang berarti”.

Sementara itu, pihak pemerintah Thailand mengatakan bahwa penciptaan “lingkungan yang kondusif untuk perdamaian” selama Ramadhan akan memungkinkan orang untuk “melakukan praktik keagamaan mereka dengan aman” dan meningkatkan kepercayaan publik dalam dialog perdamaian.

Pemerintah Thailand juga mengatakan bahwa kedua belah pihak juga telah sepakat untuk membentuk kelompok kerja bersama di tiga bidang, termasuk pengurangan kekerasan, konsultasi publik, dan solusi politik.

Kelompok pemberontak bayangan telah menyerukan kemerdekaan untuk provinsi mayoritas Melayu-Muslim selatan, yang merupakan bagian dari kesultanan yang disebut Patani dan dianeksasi oleh Thailand pada tahun 1909 sebagai bagian dari perjanjian dengan Inggris.

Para separatis telah lama mengeluhkan fakta bahwa Muslim Melayu berasimilasi secara paksa dengan Thailand dan menuduh pasukan keamanan negara itu melakukan kekejaman di masa lalu.

Pemerintah Thailand diketahui telah mempertahankan operasinya di daerah tersebut.

Pembicaraan antara pemerintah Thailand dan kelompok pemberontak telah dimulai pada 2013, namun dinilai sering “terganggu”.

Putaran pembicaraan terakhir dimulai kembali pada 2019 lalu, dengan pembicaraan terarah ke suasana damai formal yang difasilitasi oleh Malaysia pada awal 2020. Akan tetapi, pembicaraan itu terganggu oleh pandemi.

 

Sumber: Reuters

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru