21.2 C
Indonesia

Kakek Ini Tempuh Perjalanan Ribuan Kilometer demi Rayakan Kelulusan Cucunya

Must read

AUSTRALIA – Bagi kebanyakan orang, lulusnya seorang anggota keluarga dari institusi pendidikan adalah sesuatu yang membanggakan dan perlu dirayakan.

Begitu juga bagi Gali Yalkarriwuy Gurruwiwi, seseorang dari suku Aborigin Australia, saat dua cucunya lulus pada tahun 2015 lalu.

Saat itu, Gali bahkan rela menempuh perjalanan sejauh 3.000 kilometer dari sebuah pulau terpencil di timur laut wilayah Arnhem Land ke negara bagian Victoria.

Baca Juga:

Ia, yang merupakan pemimpin Yolngu Mala–atau penari Bintang Pagi, berniat menampilkan tarian spesial dengan kedua cucunya.

“Bangga,” katanya tentang kelulusan cucu-cucunya, sambil menyentuh dadanya, dilansir dari ABC News.

“Ini adalah mimpinya, menari bersama cucunya di sini,” kata istrinya, Jane Garrutju, menerjemahkan perkataannya yang diucapkan dalam bahasa tradisional klan Galpu.

“Saya bangga dengan cucu-cucu saya, Sasha dan Alicia, saya bangga kampus ini terurus dan mereka mendapatkan pendidikan yang baik,” kata Gali.

Diberitakan, Sasha saat itu lulus dari tahun ke-10 pendidikannya. Ia bersekolah di Worawa Aboriginal College di Healesville di timur laut Melbourne.

Ia disebut sebagai anak perempuan yang memiliki “koneksi yang kuat” dengan budayanya–yang semakin menguat selama menjalani kehidupan asrama sekolah.

Di pagi hari sebelum upacara kelulusan kedua cucunya, Gali disebut sempat tidak enak badan.

Meskipun begitu, ia tetap memaksakan diri untuk menampilkan tarian berkelompok yang juga mengikutsertakan cucu-cucunya.

Tarian itu bernama Lunggurrma, yang berarti angin utara, menggabungkan upacara berbulu Banumbirr (tiang bintang pagi).

“Saat pengunjung datang ke Pulau Elcho, kakek saya selalu menari, dan semua cucu menari bersamanya,” kata Sasha.

“Saya selalu suka menari dengan kakek dan nenek saya. Ini cukup unik,” tambahnya.

Sebagai seorang anak dari suku asli, Sasha mengatakan ia “berjalan dengan bangga” di dua hal yang ditempuhnya–budaya sukunya dan pendidikan untuk masa depannya.

Ia saat itu bercita-cita menjadi perawat yang akan bekerja di komunitasnya sendiri dan sekaligus di Melbourne.

“Saya masih ingin mempraktikkan budaya dan mengajari orang-orang tentang budaya saya,” katanya.

“Saya juga ingin menjadi teladan bagi gadis-gadis muda dan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka bisa melakukan sesuatu dalam hidup mereka dan menjadi bahagia,” tambahnya.

Menurut Jane, suaminya “sangat kuat” dalam mendidik cucu-cucunya untuk berpegang teguh pada nilai-nilai mereka, agar mampu menyeimbangkan budaya Barat dan budaya sendiri.

“Mereka perlu tahu siapa mereka, dari mana mereka berasal,” katanya.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru