BOGOR – Setelah terlaksana dengan sukses di Semarang, Jawa Tengah, November tahun lalu, Festival Hak Asasi Manusia akan kembali dilaksanakan tahun ini dengan Kota Bogor, Jawa Barat, yang ditunjuk sebagai tuan rumahnya.
Sejumlah persiapan bahkan telah dilaksanakan kemarin, Senin (14/3), dengan Wali Kota Bogor Bima Arya yang memimpin ekspose persiapan festival yang dihadiri oleh Komnas HAM, Kantor Staf Presiden (KSP), dan International NGO Forum on Indonesia Development (Infid).
Persiapan yang dilakukan di Paseban Sri Bima, Balai Kota Bogor, itu juga diikuti oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor Syarifah Sofiah dan sejumlah kepala dinas terkait.
Dalam agenda tersebut, Bima mengumumkan waktu dan garis besar konsep festival. Dari tiga pilihan yang tersedia, ia dan jajarannya memutuskan untuk mengadakan acara ini pada bulan yang sama dengan festival sebelumnya.
“Disepakati digelar 8–10 November 2022 mendatang sesuai permintaan dari Komnas HAM RI,” ujarnya.
Adapun untuk konsepnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor akan mengusung tiga tema sekaligus, yaitu keberagaman, harmoni, dan inklusi.
“Tiga kata kunci ini bisa diturunkan menjadi berbagai macam aktivitas, kegiatan, dan diskusi sebagai rangkaian dari Festival HAM. Punch point-nya adalah kota inklusi, mimpi Kota Bogor berangkat menuju itu,” paparnya.
Keberagaman sendiri, menurutnya, adalah potret Kota Bogor yang “susah payah” dijaga selama ini. Selain itu, membangun harmoni di atas keberagaman dengan kebijakan-kebijakan inklusi adalah “mimpi” kota yang dipimpinnya.
Dalam pelaksanaan nantinya pun, Bima ingin membuat nuansa yang berbeda. Ia tidak menginginkan bungkus elitis, melainkan sebaliknya agar dapat “dimiliki” oleh semua yang terlibat.
Oleh karena itu, ia berharap festival kali ini dapat melihat praktik-praktik atau hal yang yang membanggakan itu langsung di lapangan, bukan lewat video yang bisa di-set up.
“Kita lihat langsung di lapangan bagaimana praktek keseharian itu. Konsep keseluruhan partisipatif. Kita desain acara di lapangan, seperti di kampung tematik Mulyaharja dan Kampung Labirin di Suryakencana,” katanya.
Usulan yang diberikan olehnya, dalam rangka melibatkan setiap peserta dalam praktik tersebut, ia mengusulkan agar mereka menginap di homestay selama festival berlangsung.
Usulan lainnya adalah lomba karya tulis terkait isu-isu HAM bagi mahasiswa serta pawai budaya di Suryakencana.
Oleh karena dilaksanakan pada akhir tahun nanti, ia optimis pandemi sudah berakhir dan kondisi sudah jauh lebih baik.
“Saya harap partisipatif ini tergambar dari seluruh kegiatan, tentunya Kota Bogor harus bisa menjadi showcase dari tema yang kita usung,” ujarnya.