YERUSALEM – Masjid Al-Aqsa, dibuka kembali pada akhir Mei 2020 kemarin setelah otoritas Muslim menutupnya untuk umum selama lebih dari dua bulan, penutupanan ini merupakan yang terpanjang sejak dikuasai oleh Tentara Salib tahun 1099.
National Public Radio mengungkapkan bahwa umat muslim yang berdoa ke tempat ini diminta untuk Wudhu dari rumah masing-masing. Selain itu, masyarakat yang hendak sembahyang juga diminta membawa sajadah dari rumah agar tidak menyentuh lantai berkarpet di dalam bangunan masjid.Di masjid sendiri, tersedia pembersih tangan dan masker untuk mereka yang mau sembahyang.
“Saya tidak pernah menggunakan sajadah sebanyak saat ini,” kata Mustafa Abu Sway, anggota dewan penasehat masjid.
“Usai dipakai, sajadah akan langsung dicuci karena kita tidak tahu sajadahnya terkontaminasi apa,” jelasnya.
Israel membatasi pertemuan doa di Yerusalem, awalnya dibatasi pada 50 jamaah, kemudian 19, dan sekarang 10, tetapi Al-Aqsa tetap menjadi tuan rumah bagi ribuan orang yang hendak shalat Jumat.
Hal tersebut adalah bagian dari cara mempertahankan keberadaan Palestina di kompleks yang juga dihormati oleh orang-orang Yahudi sebagai tempat di mana kuil Alkitab dulu berdiri.
Aktivis Yahudi Israel yang ortodoks dan sayap kanan semakin sering melakukan kunjungan sensitif secara politis ke halaman masjid dan melobi untuk mendapatkan kemungkinan agar orang Yahudi juga dapat berdoa di sana, Palestina justru melihat tindakan ini sebagai upaya merebut kendali atas situs tersebut.
Para pejabat Muslim yakin Shalat Jumat dapat dilakukan dengan aman hingga di luar kompleks masjid. Halaman masjid yang luas dipasangi stiker khusus sebagai penanda sajadah untuk jemaah yang hendak shalat Jumat.
“Sayang sekali jika semuanya ditutup. Maksudku, kamu membutuhkan tempat, sumber harapan, sumber cahaya, untuk menyemangati orang dan memberi mereka istirahat,” kata Abu Sway.
Khotbah baru-baru ini memohon kepada masyarakat agar tidak menyebarkan desas-desus palsu tentang pandemi. Setelah berdoa pada hari Jumat yang panas, ribuan orang keluar dari Kota Tua membawa sajadah dan meletakkannya di kepala sembari membawa minuman dingin di tangan.