JAKARTA – 28 April 1996, dunia terasa runtuh saat TVRI menayangkan kabar meninggalnya RA Fatimah Siti Hartinah atau lebih akrab disapa Ibu Tien Soeharto. Saya yang kala itu berumur 10 tahun hanya duduk sendirian di depan televisi sembari menangis melihat iringan jenazah membawa Ibu Negara tersebut ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Kedatangan Mamak pun saya abaikan karena terlalu fokus melihat rangkaian acara penguburan wanita paling hebat di jamannya. Setidaknya itu menurut saya. Melihat Ibu Tien yang tiap hari memakai kebaya dan tersenyum saat menjamu tamu di Istana Negara dan di belahan lain Indonesia membuat hati anak kecil seperti saya yang tinggal di pedalaman Tanah Karo sangat senang. Siapa yang tidak ingin melihat Ibu Negara dan suaminya, Soeharto tersenyum menyapa masyarakatnya saat itu? Bagi saya pengalaman itu tidak akan pernah terlupakan. Di rumah, nenek saya dan orang-orang seumurannya tetap berpakaian kebaya. Jadi, tren kebaya saat itu memang sangat populer.
Kenapa Ibu Tien begitu populer dan layak disebut sebagai satu-satunya orang yang berani mempopulerkan kebaya yang di jaman modern ini ditentang oleh kalangan Islam hanya karena terlalu transparan. Mengapa demikian?
Dia satu-satunya Ibu Negara yang tidak pernah lelah memamerkan budaya memakai kebaya dan sanggul yang sangat tradisional. Dia berani memakai kebaya yang sangat transparan dengan belahan dada rendah di Istana Negara Dan Gedung DPR. Banyak tulisan yang menuding Soeharto membunuh karakter para para ulama di masanya. Ada tulisan juga yang memuat bila Soeharto menghalangi wanita memakai jilbab. Terlepas dari sana, kita semestinya berkaca ke Ibu Tien karena berani mengangkat budaya asli Indonesia. Jadi kita tidak perlu berada di jaman sekarang, cara berpakaian wanita jadi tolak ukur terjadinya pemerkosaan.
6 presiden lalu lalang menempati Istana Negara. Tapi hanya satu Ibu Negara yang konsisten memakai kebaya di Tanah Airnya sendiri. Mengapa unik dan perlu mendapat respon positif dari kalangan muda penggila fesyen jaman sekarang? Bukankah kita di abad modern ini tengah tergila-gila pada desain busana jaman dahulu? Dan di saat yang bersamaan, kebaya menjadi salah satu fesyen yang paling ditentang oleh kalangan pemuka agama, terutama Islam karena dianggap menonjolkan aurat. Televisi pun ikut-ikutan memboikot tren kebaya transparan. Sangat miris.
Pada umumnya, masyarakat Indonesia doyan mengenalkan pakaian tradisional mereka saat berada di luar negeri. Sangat berbeda dengan Ibu Tien. Di dalam negeri Ia berani memakai kebaya dengan kain lurik yang sangat ketat sembari menemani suaminya Soeharto menjalankan tugas negara. Namun, saat berada di luar negeri, Ibu Tien juga mau menyesuaikan diri dengan adat dan budaya disana. Kehebatan Ibu Tien ini belum pernah lagi dimiliki oleh istri kepala negara kita di Indonesia. Padahal di jamannya, masyarakat Islam garis keras juga tumbuh dengan cepat. Ada apa dengan kita?
Fesyen Ibu Tien termasuk sangat umum dan biasa dipakai oleh semua wanita dari berbagai kelas sosial di masanya. Padanannya adalah kebaya tanpa corak warna, selendang, sandal 2-3 cm, jarik yang dipakaikan wiron, kacamata, lontorso, sanggul dan tusuk konde. Kalau dipikir-pikir, cara berpakaian seperti ini sangat sulit digunakan sehari-hari. Di jaman sekarang, wanita yang berpakaian semacam ini selalu identik dengan kesan mewah dan mahal. Padahal di jaman dulu biasa saja.
Sangat jarang Ibu Tien pakai kebaya dengan corak beragam. Pun kalau dipakai saat tengah bertugas ke luar kota. Dari hasil riset tim redaksi The Editor, cara Ibu Tien berpakaian di Istana Negara memang sangat unik. Kebaya dengan belahan dada rendah membuat perempuan Indonesia terlihat sangat cantik dan anggun. Negara mana yang memiliki kebudayaan yang serupa dengan Indonesia?
Ibu Tien berani memakai kebaya dengan desain yang ketat mengikat tubuhnya yang tidak begitu kurus sebagaimana layaknya model. Tapi dia tetap memakainya dan berani. Generasi muda sekarang bagaimana? Berani jadikan tampilan Ibu Tien sebagai fesyen sehari-hari? Belum pernah kan melihat pusat perbelanjaan dipenuhi oleh wanita anggun berkebaya dan sanggul? Mungkin suatu saat nanti.