TOKYO – Pembuat makanan ringan berbahan jagung di Jepang, Umaibo, menaikkan harga untuk pertama kalinya setelah beberapa dekade. Penggemar camilan “ajaib” yang terkenal karena kerenyahan dan label harga 10 yennya itu tidak dapat tidak terkejut.
Menurut seseorang yang mengetahui permasalahan ini, Yaokin Corp menaikkan harga Umaibo masing-masing 2 yen (sekitar 251 rupiah) menjadi 12 yen dari April karena biaya produksi yang lebih mahal.
Kenaikan harga ini adalah yang pertama kali sejak camilan itu –yang namanya berarti “tongkat lezat”– mulai dijual pada tahun 1979 silam.
Hal ini kemudian menjadi pengingat yang serius bahwa Jepang, bahkan setelah mengalami deflasi selama beberapa dekade, tidak kebal terhadap melonjaknya biaya komoditas dan transportasi.
Sementara harga melonjak di Barat, perusahaan Jepang sejauh ini enggan menaikkan harga produk mereka secara menyeluruh. Kekhawatiran akan kehilangan pelanggan yang sensitif terhadap biaya menghantui mereka.
“Umaibo dijual dengan harga yang sama dalam waktu yang sangat lama sehingga kenaikan 2 yen adalah masalah besar,” kata seorang ibu rumah tangga berusia 59 tahun bernama Noriko Eda kepada Reuters. “Saya terkejut.”
Mirip dengan keju puff tetapi berbentuk seperti silinder, Umaibo hadir dalam 15 rasa, dari keju hingga telur ikan cod yang dibumbui, dengan rasa sup jagung krim yang paling laris.
Sekitar 700 juta stik renyah ini dijual setiap tahun, baik dalam kemasan maupun individu.
Harganya yang murah membuat satu batang Umaibo tetap terjangkau bahkan bagi anak-anak selama bertahun-tahun.
Bagi banyak orang Jepang, camilan tersebut membangkitkan kenangan masa kecil atau memori tentang toko manisan di lingkungan sekitar.
“Agak menyedihkan bahwa dampaknya berpengaruh pada jajanan murah – yang bahkan berupa barang yang bisa dibeli anak-anak,” kata Naomi Hosaka, seorang ibu rumah tangga berusia 51 tahun.
Selain biaya bahan baku yang lebih tinggi, perusahaan Jepang juga tertekan karena yen yang lemah menaikkan biaya impor.
Produsen makanan di negara ini pada umumnya memilih mengecilkan ukuran produk mereka dibanding menaikkan harga secara langsung–sebuah tren yang dikenal sebagai “penyusutan”. Hal ini juga pernah dilakukan Yaokin dengan Umaibo, terakhir kali pada tahun 2007 lalu.
Takeshi Nemoto, yang bertanggung jawab atas pembelian makanan ringan di toko makanan ringan Tokyo Kawahara Shoten selama beberapa dekade, mengatakan produsen lain mungkin harus mengikuti langkah Yaokin dengan harga yang lebih tinggi.
“Tidak ada yang bisa kami lakukan,” katanya tentang kenaikan itu.
“Dari sudut pandang produsen, mereka tidak bisa tetap untung lagi kecuali mereka menaikkan harga.”
Terlepas dari ekonomi, beberapa penggemar Umaibo melihat perubahan itu sebagai akhir dari sebuah era kejayaan.
“Kami menyaksikan titik balik sejarah,” tulis seorang musisi rock Atsushi Osawa di akun Twitternya.
Perlu diketahui, band Osawa, Uchikubi Gokumon Doukoukai, memberi penghormatan kepada Umaibo dalam sebuah lagu yang dirilis tahun 2010 lalu. Salah satu liriknya membicarakan “harga ajaib” makanan ringan tersebut.
“Harganya sudah mulai menyimpang dari liriknya,” tambah Osawa.
Sumber: Reuters