ANTARTIKA – Sebuah gunung es yang hampir seukuran London Raya telah pecah dari Beting Es Brunt (Brunt Ice Shelf) di Antartika menurut British Antarctic Survey (BAS).
Para ilmuwan pertama kali menemukan retakan signifikan di lapisan es itu satu dekade lalu, namun tercatat ada dua retakan besar dalam dua tahun terakhir.
Beruntungnya Stasiun Penelitian BAS Halley yang berlokasi di Beting Es Brunt masih dinyatakan aman usai peristiwa tersebut.
Gunung es itu berukuran sekitar 600 mil persegi, atau 1550 kilometer persegi. Para peneliti mengatakan peristiwa ini diharapkan dan bukan akibat dari perubahan iklim.
“Peristiwa pecahan ini telah diperkirakan dan merupakan bagian dari perilaku alami Beting Es Brunt. Itu tidak terkait dengan perubahan iklim,” kata Profesor Dominic Hodgson, ahli glasiologi BAS dalam rilis berita.
“Tim sains dan operasional kami terus memantau lapisan es secara real-time untuk memastikan keamanannya, dan untuk menjaga pengiriman sains yang kami lakukan di Halley,” sambungnya
Peristiwa itu terjadi di tengah batas es laut yang mencapai rekor terendah di Antartika, yang bertepatan dengan musim panas.
“Sementara penurunan luas es laut Antartika selalu curam sepanjang tahun ini, tahun ini sangat cepat,” para ilmuwan di Pusat Data Salju dan Es Nasional melaporkan pada awal Januari.
“Dan pada akhir Desember, batas es laut Antartika berada di titik terendah dalam catatan satelit 45 tahun,” sambungnya.
Para peneliti di pusat data mengatakan es laut yang rendah sebagian disebabkan oleh suhu udara yang lebih hangat dari suhu normal, yang naik hingga 2 derajat Celcius di atas rata-rata di atas Laut Ross pada bulan November dan Desember.
Selain itu, mereka juga menyebutkan kencangnya angin sebagai faktor lain yang mempercepat penurunan es laut.
Data terbaru menunjukkan es laut belum pulih, menunjukkan benua itu bisa mengakhiri musim panas dengan rekor baru untuk tahun kedua berturut-turut.
Antartika telah mengalami roller-coaster luas es laut selama beberapa dekade terakhir, berayun liar dari rekor tertinggi ke rekor terendah.
Berbeda dengan Arktik, di mana para ilmuwan mengatakan perubahan iklim mempercepat dampaknya, luas es laut Antartika sangat bervariasi.
“Ada kaitan antara apa yang terjadi di Antartika dan tren pemanasan umum di seluruh dunia, tapi itu berbeda dari apa yang kita lihat di gletser gunung dan apa yang kita lihat di Kutub Utara,” Ted Scambos, ahli glasiologi di University of Colorado Boulder dan ilmuwan utama di National Snow and Ice Data Center, sebelumnya mengatakan kepada CNN.
Data satelit yang terbentang hingga tahun 1978 menunjukkan bahwa wilayah tersebut masih memproduksi rekor luas es laut baru-baru ini pada tahun 2014 dan 2015.
Kemudian tiba-tiba anjlok pada tahun 2016 dan tetap lebih rendah dari rata-rata sejak saat itu.
Sumber: CNN