KENYA – Para konservasionis di Kenya tengah berduka atas kematian seekor gajah “ikonik” berusia 65 tahun yang merupakan penghuni Taman Nasional Tsavo East.
Kenya Wildlife Service mengatakan bahwa gajah yang diberi nama Dida itu meninggal karena usia tua.
Dilansir dari BBC, Dida, yang juga dikenal sebagai “Ratu Tsavo”, telah bertahan hidup dari berbagai tantangan seperti kekeringan dan perburuan liar di kawasan konservasi terbesar di Kenya.
Melalui unggahan di akun Twitter @kwskenya, para konservasionis memuji Dida karena telah hidup dengan tangguh selama masa-masa sulit.
Mereka membagikan foto-fotonya saat ia berjalan-jalan di taman margasatwa terbesar di negara itu dengan tubuh besarnya yang tertutupi tanah merah dan tampak menakjubkan dengan taring panjangnya.
Manajemen taman mendeskripsikan Dida sebagai ibu pemimpin suku Tsavo yang sesungguhnya dan gudang besar pengetahuan selama beberapa dekade.
Sebelumnya, dua ekor gajah juga dinyatakan mati di Hutan Imenti di lereng Gunung Kenya. Keduanya mati karena kelaparan.
Africa Wildlife Foundation di Kenya mengatakan bahwa kekeringan saat ini telah memberikan dampak yang amat besar pada satwa liar.
Lebih dari 100 gajah tercatat mati di Taman Nasional Tsavo Timur dan Barat di tenggara Kenya.
Konservasionis sepakat bahwa kondisi ini adalah kemunduran, mengingat kemajuan yang telah dibuat mereka selama bertahun-tahun dengan menurunnya kasus perburuan karena peningkatan pengawasan.
Hal ini diperparah dengan siklus musim hujan yang buruk secara berturut-turut, yang menyebabkan sungai dan genangan air mengering serta padang rumput di cagar alam semakin menyusut.
KWS mengatakan bahwa langkah-langkah tengah diambil untuk menyelamatkan nyawa para hewan, termasuk menggali lubang serta mengangkut air untuk mengisi bendungan air yang mengering.
Sumber: BBC
