TANAH KARO – Toilet adalah sebuah kebutuhan yang sangat penting di setiap daerah wisata di dunia. Sayangnya, tidak semua tempat memiliki kesadaran penuh dalam menjaga kebersihan toilet.
Tanah Karo misalnya, kabupaten yang berada di Sumatera Utara ini sangat kurang peduli pada kebersihan toilet umum yang berada di daerah wisata. Salah satu yang jadi sorotan The Editor adalah Zia Coffee, kopi shop dan tempat wisata yang berada di daerah Siosar, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Kualitas toilet kawasan wisata yang juga dilengkapi resort dan penginapan ini sangat memprihatinkan. Ratusan pengunjung yang memenuhi Zia Coffee hanya didukung oleh dua unit toilet berkualitas standar. Isi masing-masing toilet pria dan wanita hanya bak air yang kosong, gayung dan toilet. Untuk wanita yang datang dengan membawa barang bawaannya ke toilet dipastikan sangat kesulitan karena tidak terdapat satu pun gantungan baju atau tas.
Saat ditanya ke petugas yang tengah beraktivitas di dapur, jawaban mereka sangat sederhana, yaitu drum air tengah dalam proses pengisian alias masih kosong. Jadi tidak ada air yang mengalir ke kamar mandi. Sementara antrian pengunjung yang ingin masuk ke kamar mandi sudah tidak terbendung lagi.
“Sedang dalam pengisian kak,” ujar petugas saat ditemui di dapur.
Lokasi dapur, toilet dan drum air juga cukup unik. Berada di belakang cafe, terpisah dengan bangunan utama. Antrian pengunjung yang mengantri ke toilet akan langsung terlihat dari dapur oleh manajemen Zia Coffee. Saat ditanya mengapa air toilet kosong, alasan mereka karena drum air dalam proses pengisian.
Pelayanan yang kurang memadai ini ternyata tidak sama dengan harga makanan yang ditawarkan oleh pihak manajemen Zia Coffee. Di cafe ini, 1 botol air mineral berukuran 600 ml dihargai Rp15.000. Sementara itu untuk Indomie goreng dihargai Rp30.000 ribu.
“Ini cukup mahal karena fasilitas penunjangnya juga biasa saja dan pelayanannya sangat lama,” ujar Tinur, pengunjung asal Kabanjahe yang baru pertama kali berkunjung kr tempat wisata ini.
Pemandangan yang ditawarkan cafe ini adalah rumah-rumah kayu yang dijadikan sebagai home stay. Meski baru beberapa rumah saja yang selesai dibangun, namun antusias warga Tanah Karo untuk berkunjung ke tempat ini cukup tinggi.
“Untuk foto-foto saja cukuplah,” kata Zuleha, pengunjung asal Medan.
“Bawa anak-anak mutar-mutar melihat pemandangan pebukitan di Siosar ini juga menyenangkan,” katanya lagi.
Pemandangan semacam ini tidak hanya tim liputan The Editor temukan di satu titik, dibeberapa tempat seperti Cafe Tiga, Cafe Juma dan rumah makan di sekitar kota Kabanjahe juga sama. Sudah saatnya pariwisata Kabupaten Karo maju seiring dengan perkembangan kota dan masyarakatnya. Mejuah-juah.