SULAWESI SELATAN – Deretan pegunungan kapur yang tinggi menjulang, petak-petak sawah yang menyejukkan mata, dan aliran sungai yang menenangkan. Ketiganya dapat disaksikan dalam waktu bersamaan ketika mengunjungi Desa Wisata Rammang-Rammang.
Terletak di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, Desa Wisata Rammang-Rammang adalah rumah bagi pegunungan kapur terbesar ketiga di dunia.
Luasnya yang mencapai 43.700 hektar ini dilengkapi dengan 280 gua yang 16 di antaranya sudah ditetapkan menjadi situs prasejarah.
Berjarak kurang lebih 30 kilometer dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, calon pengunjung harus menempuh perjalanan setidaknya satu jam sebelum bertemu dengan keindahan alam yang tiada duanya ini.
Namun jangan khawatir, semua lelah dan letih yang didapat dari perjalanan tadi akan segera menguap pada detik pertama tiba di sini.
Awalnya, Rammang-Rammang adalah pegunungan kapur yang hanya eksis sebagai keindahan alam bagi para warga di sekitarnya.
Baru pada tahun 2014 lalu tempat ini mulai dilirik oleh masyarakat yang lebih luas. Hal tersebut dapat terjadi berkat usaha warga yang memperkenalkan kawasan Rammang-Rammang lewat media sosial mereka.
Hingga pada bulan Juni kemarin, Desa Wisata Rammang-Rammang diresmikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Untuk dapat melihat keindahan pegunungan kapur dari segala sisi, pengunjung dapat menyusuri sungainya dengan menyewa jolloro (perahu) yang telah disediakan oleh pihak pengelola.
Cukup dengan membayar Rp250.000,00, jolloro berkapasitas 6–8 orang penumpang siap membantu menyusuri Sungai Pute.
Selagi menyusui Sungai Pute, pengunjung akan dibuat kagum oleh setiap bagian Rammang-Rammang yang berdiri dengan kokohnya.
Gugusan pegunungan itu diketahui terbentuk jutaan tahun lalu, namun baru dihuni oleh manusia ribuan tahun lalu.
Hal tersebut dapat terlihat dari peninggalan berupa lukisan di dinding-dinding tebing. Contohnya ada di Gua Telapak Tangan. Jangan lupa abadikan setiap momen menakjubkan di kawasan ini.
Sudah puas melihat-lihat, namun belum puas jika hanya berkunjung sebentar, Eco-Lodge Rammang-Rammang mungkin dapat menawarkan jalan keluar.
Penginapan dengan gaya arsitektur khas rumah adat Lombok dan Bugis ini disediakan oleh pihak pengelola agar para pengunjung dapat bermalam dengan nyaman.
Selain itu, pengalaman tidur di bangunan yang didominasi kayu serta beratapkan rumbia ini tentunya menjadi pengalaman lainnya dari Desa Wisata Rammang-Rammang yang tidak mudah dilupakan.
Lokasinya yang berdekatan dengan Sungai Pute mungkin akan membuat pengunjung semakin betah berada di sini.
Jika hati telah mantap ingin pulang, Kampung Barua akan kembali menahan pengunjung untuk singgah dan berbelanja oleh-oleh khas Desa Wisata Rammang-Rammang.
Beberapa produk yang dijajakan adalah aneka kerajinan anyaman dari daun nipah, produk fesyen payet, atau produk kuliner khasnya, seperti abon telur, ikan kambu, dan ikan bandeng presto.
Pastikan untuk pulang membawa salah satu dari mereka agar kerinduan terhadap tempat ini dapat terbayar sejenak.
Desa Wisata Rammang-Rammang sendiri pada 13 Desember lalu diketahui lolos ke jajaran 100 Besar Desa Wisata Seluruh Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia.
Sebelumnya, pada bulan Juli tahun ini, Rammang-Rammang menjalani penilaian dari UNESCO untuk menjadi destinasi wisata UNESCO Global Geopark.