YUNANI – Dalam sebuah terobosan yang luar biasa, seorang mahasiswa ilmu komputer berhasil membaca isi gulungan yang hangus dan belum terbuka, yang berasal dari Kota Herculaneum di Romawi kuno.
Gulungan itu terkubur akibat letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M dan dinyatakan belum terbaca selama hampir 2.000 tahun sebelum Luke Farritor (21) mengungkap isinya baru-baru ini.
Pencapaian ini, yang bisa terwujud berkat bantuan kecerdasan buatan (AI), kemudian dinilai sebagai tonggak penting dalam Tantangan Vesuvius–yang bertujuan untuk mengungkap rahasia teks-teks kuno tersebut.
Melansir Greek City Times, Farritor mengembangkan algoritma pembelajaran mesin yang memanfaatkan perbedaan halus pada tekstur permukaan untuk mendeteksi huruf-huruf Yunani pada gulungan papirus itu.
Kata pertama yang ditemukan adalah “πορφυρας” (porphyras), yang berarti “pewarna ungu” atau “kain ungu”.
Penemuan ini berpotensi membuka pintu bagi teks-teks yang tak terhitung jumlahnya dari perpustakaan utuh Herculaneum, satu-satunya yang bertahan dari zaman kuno Yunani-Romawi.
Sejarawan dan cendekiawan sangat antusias dengan prospek mendapatkan wawasan tentang sejarah dan sastra kuno, mengingat perpustakaan Herculaneum berisi karya-karya langsung dari penulis aslinya.
Sementara itu, sebagian besar teks klasik yang dikenal saat ini telah disalin selama berabad-abad.
Sebelumnya, para sarjana hanya dapat mempelajari potongan-potongan gulungan yang terbuka, banyak di antaranya berisi teks-teks Yunani yang berkaitan dengan aliran filsafat Epicurean.
Lebih dari 600 gulungan, sebagian besar disimpan di Perpustakaan Nasional di Naples, masih utuh dan belum dibuka hingga sekarang.
Terobosan ini dimungkinkan oleh Dr. Brent Seales dan timnya di EduceLab, yang mengembangkan metode untuk membuka lapisan halus papirus menggunakan pemindaian tomografi komputer (CT) sinar-X 3D.
Meskipun penelitian sebelumnya memungkinkan mereka membaca gulungan hangus dari En-Gedi di Israel, gulungan Herculaneum menghadirkan tantangan unik karena tinta berbasis karbonnya, yang tidak muncul pada pindaian.
Tantangan Vesuvius, yang menawarkan hadiah utama sebesar $700 ribu (sekitar Rp11 miliar), mendorong kolaborasi antarpeneliti di seluruh dunia.
Pendekatan AI inovatif Luke Farritor muncul sebagai pemenang dalam kategori “huruf pertama”, sementara Youssef Nader, seorang mahasiswa pascasarjana di Free University of Berlin, meraih posisi kedua.
Pencapaian inovatif ini memberikan gambaran sekilas tentang potensi AI untuk memecahkan kode teks kuno dan membuka kemungkinan mengungkap lebih banyak harta terpendam dari masa lalu.
Seiring dengan berlanjutnya kompetisi, semakin besar optimisme bahwa hal ini dapat menandai dimulainya era baru dalam studi teks-teks kuno.