23.4 C
Indonesia

Curhat Tentang Beda Perlakuan Muridnya Ketika Sudah Sukses, Bu Guru Rahayu: Cetak Sikap Siswa Lebih Baik Daripada Cetak Nilai di Atas Kertas

Must read

JAKARTA – Curhatan seorang guru tentang perbedaan sikap mantan muridnya ketika bertemu saat dewasa menjadi perbincangan warganet baru-baru ini.

Ia dianggap bijak dan menginspirasi karena telah membagikan kisahnya yang menunjukkan bahwa karakter seseorang yang baik lebih berharga dibanding nilai yang ia dapatkan di sekolah.

Guru bernama Sri Rahayu tersebut memulai ceritanya dengan mengatakan bahwa ia pernah bertemu dengan dua orang dewasa yang pernah menjadi muridnya dahulu.

Orang pertama adalah muridnya yang dahulu cerdas, selalu mendapatkan nilai sempurna, dan kini telah menjadi dokter

“Saya pernah bertemu dengan siswa saya yang hebat. Ranking satu terus, sekarang diangkat menjadi dokter,” ujarnya.

Pada pertemuan tersebut, Bu Sri menegur terlebih dahulu. Sayangnya, sang murid tidak memberikan balasan yang cukup baik. Ia justru bertanya, “Siapa ya?”.

Dengan asumsi bahwa sang mantan murid lupa akan dirinya, Bu Sri pun menjawab bahwa ia adalah orang yang pernah menjadi gurunya dahulu.

Akan tetapi, sekali lagi, sang murid tidak menunjukan bahwa ia mengingat hal tersebut.

Di lain kesempatan, Bu Sri bertemu dengan mantan muridnya yang lain saat ia pergi ke luar kota. Kali ini, pertemuan keduanya dapat dikatakan lebih tidak terduga.

Pasalnya, Bu Sri saat itu tengah kesulitan mendapatkan bantuan untuk motornya yang mogok.

Ia mengaku telah mencoba melambai-lambaikan tangannya di pinggir jalan, berharap ada yang akan membantu, namun tidak kunjung berhasil.

Setelah beberapa saat, dua pemuda yang masing-masingnya berkendara motor berhenti di dekatnya. Bu Sri pun memasang sikap waspada, khawatir keduanya adalah orang jahat.

Di luar dugaan, salah satu di antara keduanya adalah mantan muridnya dulu. Usai menanyakan bahwa Bu Sri adalah benar gurunya dahulu, ia pun memeluk wanita tersebut.

Murid kedua ini menanyakan mengapa ia berada di pinggir jalan saat itu dan menawarkan bantuan.

“Akhirnya dia bilang, ‘Ya sudah, ibu naik motor dengan teman saya. Motor ibu saya yang bawa, nanti didorong,” ujarnya.

Keesokan harinya, sang murid kembali menghampiri Bu Sri di tempat penginapannya untuk mengembalikan motornya dalam keadaan bersih dan tidak lagi mogok.

“Akhirnya saya berpikir, benar yang dikatakan ahli itu. Mencetak karakter, mencetak jiwa siswa yang bagus, mencetak kedisiplinan siswa yang bagus akhirnya juga akan bagus,” paparnya.

“Tapi mencetak siswa di kertas, [dengan] angka, belum tentu dapat menjamin,” pungkasnya.

Pengalaman Bu Sri tersebut dibagikan oleh sejumlah akun di media sosial, termasuk akun @berbagisemangat di platform Instagram.

Hingga berita ini ditulis, unggahan tersebut telah mendapatkan lebih dari 18 ribu likes dan lebih dari 400 komentar.

Sebagian besar komentar setuju dengan apa yang diucapkan Bu Sri di akhir, bahwa sikap seseorang pada orang lain, terlebih pada guru yang pernah mengajarkannya dahulu, lebih penting dari sekadar nilai.

Beberapa warganet juga mengomentari betapa bijaknya Bu Sri yang tidak menilai siswanya dari nilai-nilai mereka sendiri.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru