BONDOWOSO – Erfin Dewi Sudanto, calon anggota legislatif (caleg) yang sempat viral karena berniat menjual ginjalnya demi membiayai kontestasinya di Pemilu 2024, tampaknya harus menelan kekecewaan.
Hal itu karena suara yang ia dapatkan hingga hari ini, Kamis (22/2), terpantau masih sangat sedikit. Laman resmi Pemilu 2024 menunjukkan, ia hanya mendapatkan 43 suara dari total suara yang telah masuk (37,68%).
Pria berusia 47 tahun itu diketahui melenggang ke pesta demokrasi Pemilu 2024 sebagai caleg nomor urut 9 Partai Amanat Nasional (PAN) untuk Daerah Pemilihan (Dapil) 1 Bondowoso.
Ia mencuri perhatian masyarakat setelah secara terbuka mengaku berniat menjual ginjalnya demi mendapatkan dana agar dapat terpilih dalam pemilihan legislatif anggota DPRD kabupaten/kota.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Erfin disebut mengatakan “terpaksa” memilih cara tersebut setelah melihat kondisi demokrasi di Indonesia yang “saat ini memprihatinkan”.
Kini, setelah mengetahui suaranya kalah jauh dibanding salah seorang calon lainnya, ia hanya bisa berpasrah. Ia mengaku kalah dengan “politik uang” meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin.
“Money politic tidak bisa dihindari. Sedangkan saya modal apa adanya, akhirnya tumbang,” katanya, Selasa (20/2), dikutip dari Kompas.com.
Erfin adalah warga Desa Bataan, Kecamatan Tenggarang, Bondowoso, Jawa Timur. Keikutsertaan dirinya dalam Pemilu 2024 bukanlah panggung politik pertamanya.
Ia sebelumnya menjabat sebagai Kepala Desa Bataan periode 2007–2013. Selama bekerja sebagai kepala desa, ia mengaku hanya mendapat gaji sebesar Rp450.000, yang meningkat menjadi Rp1.050.000 di akhir jabatannya.
Setelah lengser, ia berniat kembali mencalonkan diri sebagai kepala desa. Akan tetapi, ia mengaku “dijegal” sehingga tidak lolos di tahap administrasi.
Adapun perjalanan Erfin mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif kali ini tidak dimulai dengan PAN yang berada di sisinya.
Ia pada awalnya ditawari partai lain untuk menjadi caleg dari partai tersebut. Sempat menolak karena kondisi finansial keluarga, ia akhirnya setuju setelah ditawarkan bantuan.
Akan tetapi, perjalanan itu harus pupus di tengah jalan setelah posisinya tiba-tiba diganti dengan orang lain. Ia pun menawarkan diri ke PAN untuk menjadi caleg.
Selama turun ke lapangan, Erfin tak jarang mendengar warga menanyakan tentang uang yang akan mereka terima jika memilih dirinya.
Oleh karena itu, ia menyadari bahwa dirinya butuh modal yang besar untuk mendapatkan posisi di DPRD Bondowoso. Modal “kebaikan” saja, katanya, tidak cukup,
“Ada yang tanya tentang uang berapa yang mau dibuat ganti kalau pencoblosan untuk datang ke TPS,” ujarnya.
“Perlu modal uang yang besar. Teman saya itu saat Pileg 2019 bisa habis sekitar Rp2 miliar untuk caleg DPRD,” imbuhnya.
Mengingat kondisi keuangan keluarganya yang sedang tidak baik-baik saja, ia pun membulatkan tekad untuk menjual ginjalnya.
Tak jelas apakah usahanya tersebut membuahkan hasil–memberikannya lebih banyak uang untuk menarik hati masyarakat. Akan tetapi, melihat perolehan suaranya yang sangat minim, tampaknya ia harus mempersiapkan diri untuk kecewa.