JAKARTA – Sejak awal pandemi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia terus berupaya untuk menciptakan alat alternatif untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam mendeteksi virus SARS-Cov-2 atau virus Covid-19. Upaya tersebut membuahkan hasil yang memuaskan dan siap digunakan sesegera mungkin.
Hal ini disampaikan langsung oleh BRIN dalam siaran pers tertanggal 12 Januari 2022 lalu. Dalam siaran tersebut, alat ini diketahui sudah mengantongi izin edar reguler alat kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang berlaku hingga Januari 2027 nanti.
“Dengan diterbitkannya izin edar reguler untuk RT-LAMP hasil riset BRIN, maka kita memiliki alternatif baru untuk mendeteksi Covid-19. Apalagi di beberapa negara seperti Belanda dan Spanyol juga telah menetapkan RT-LAMP sebagai salah satu metode setara RT-PCR yang digunakan untuk mendeteksi Covid-19,” ucap Tjandrawati Mozef selaku salah satu peneliti kimia di BRIN.
Qi-LAMP-O, merek dagang alat tersebut, menggunakan metode RT-LAMP yang diklaim sama akuratnya dengan PCR yang selama ini umum digunakan dalam mendeteksi virus Covid-19.
Dengan keakuratan yang hampir sama, metode ini memiliki dua hal yang menjadikannya ‘lebih baik’ dibanding PCR.
Pertama, RT-LAMP dipercaya dapat menunjukkan hasil keberadaan RNA virus lebih cepat dibanding PCR dan kedua, harganya lebih murah.
Keterbatasan alat tes PCR serta rasa ingin mandiri membuat Tjandrawati dan timnya terus berusaha agar alat ini dapat segera hadir dan membantu semua pihak yang mampu melakukan deteksi virus.
“Pada saat itu, kebutuhan untuk mendeteksi virus adalah dengan menggunakan PCR. Sementara alat PCR yang ada di Indonesia sangat terbatas dan hanya terdapat di laboratorium besar. Selain itu, reagen yang digunakan untuk uji PCR merupakan impor,” jelasnya.
Hingga kini, metode RT-LAMP juga masih tengah dikembangkan agar nantinya dapat mendeteksi virus dengan hanya sampel saliva, dan tidak lagi perlu swab.
Sejauh ini, hasil yang memuaskan dan menjanjikan sudah terlihat. Pengajuan surat izin edar juga tengah diusahakan.
Sementara itu, dalam agenda Sapa Media yang dilaksanakan pada Senin (17/1), BRIN tidak dapat menyebutkan harga maupun mekanis pelaksanaan tes metode RT-LAMP ini.
“Hal itu akan diserahkan kepada mitra dan kementerian terkait,” ucap Tjandrawati.