ARAB SAUDI – Seorang blogger asal Arab Saudi, Raif Badawi, telah dibebaskan dari penjara setelah menjalani hukuman selama sepuluh tahun. Hal itu diketahui dari sang istri, Ensaf Haidar, yang membuat pengumuman di akun Twitternya, mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Badawi melalui telepon.
Seorang pejabat keamanan Saudi juga mengonfirmasi bahwa Badawi tidak lagi berada di penjara, dan mengatakan bahwa dia telah “dibebaskan hari ini”.
Badawi ditangkap dan dipenjarakan di Arab Saudi pada tahun 2012 lalu, di bawah undang-undang kejahatan dunia maya negara tersebut.
Ia dijatuhkan hukuman setelah didakwa “menghina Islam” dan mendirikan forum online liberal.
Dalam tulisan di blognya, ia mengkritik polisi agama Arab Saudi dan menyerukan diakhirinya peran agama dalam politik.
Sebagai informasi, sejak saat itu, kekuasaan polisi agama ini terlihat berkurang akibat adanya campur tangan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Pengadilan memvonis Badawi 10 tahun penjara pada 2014, serta 1.000 cambukan.
Selama berada di penjara, Badawi memicu gerakan para aktivis dalam menyerukan reformasi hak asasi manusia di Arab Saudi dan memenangkan hadiah Reporters Without Borders untuk kebebasan pers.
Tidak jelas apa yang membebaskan Badawi baru-baru ini.
Hukumannya pada tahun 2014 itu juga termasuk larangan perjalanan 10 tahun yang akan mengikuti akhir masa penjaranya.
“Raif Badawi masih diblokir di Arab Saudi, karena dia dilarang meninggalkan negara itu selama 10 tahun ke depan,” kata Amnesty International dalam sebuah pernyataan.
“Dia juga dilarang menggunakan media sosial apapun selama 10 tahun ke depan, yang sangat membatasi kemampuannya untuk mengekspresikan dirinya,” sambungnya.
Hukuman “kejam dan tidak manusiawi”
Badawi menerima cambuk pertamanya sebanyak 50 kali pada Januari 2015, tetapi sisanya ditangguhkan setelah kecaman global berdatangan.
PBB menggambarkan hukuman itu sebagai “kejam dan tidak manusiawi”. Arab Saudi akhirnya menghapus hukuman cambuk pada April 2020.
Badawi mengalami gangguan kesehatan selama dipenjara.
Pada 2018 lalu, Ensaf Haidar mengatakan bahwa ia dan ketiga anaknya sudah tidak bertemu dengan Badawi selama hampir delapan tahun. Kini mereka tinggal di Kanada dan menjadi warga negara tersebut.
“Saya berharap suatu hari bisa hidup normal bersama anak-anak dan suami saya,” kata Haidar pekan lalu.
“Dia adalah pria yang berpikiran terbuka, dia mencintai kebebasan, dia menyukai wanita yang mandiri,” tambahnya.
Jika Badawi diizinkan meninggalkan Arab Saudi, dia akan dapat tinggal di Kanada setelah legislator memberikan suara bulat untuk memberinya kewarganegaraan.
Masalah ini kemudian mengganggu hubungan antara Arab Saudi dan Kanada, yang menyerukan pembebasan aktivis yang dipenjara pada tahun 2018.
Sebagai pembalasan, Riyadh mengusir duta besar Kanada, membekukan perdagangan dengan Ottawa, dan memindahkan siswa beasiswa Saudi ke negara lain.
Akan tetapi, tahun lalu, kerajaan mulai melepaskan sejumlah aktivis hak asasi manusia sebagai tanggapan atas tekanan global, termasuk Loujain al-Hathloul pada Februari 2021 diikuti oleh saudara perempuan Raif, Samar Badawi dan Nassima al-Sadah bulan Juni lalu.
Meskipun begitu, para aktivis yang dibebaskan masih menghadapi pembatasan.
Al-Hathloul, yang telah berkampanye untuk melegalkan mengemudi bagi wanita di Arab Saudi, tetap dilarang bepergian dan memiliki hukuman percobaan tiga tahun.
Banyak tahanan politik tetap berada di penjara Saudi, termasuk cendekiawan Muslim Salman al-Awdah dan ekonom Essam al-Zamel.
Pada hari Selasa (8/3), dalam debat Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, Amerika Serikat meminta Arab Saudi untuk meninjau kasus-kasus “tahanan hati nurani” dan mencabut larangan bepergian dan pembatasan lain yang ditetapkan pada tahanan yang telah dibebaskan.
Sementara itu, seorang diplomat Saudi mengatakan kepada forum bahwa tidak ada orang yang ditangkap atau ditahan karena “menggunakan hak atas kebebasan berbicara atau membela hak asasi manusia” dan menyebut tuduhan itu “tidak berdasar”.
Sumber: Al Jazeera