21.3 C
Indonesia

Benteng Fort Rotterdam: Dibangun Kerajaan Gowa, Direbut Belanda, Dirawat Pemerintah Indonesia

Must read

MAKASSAR – Jika berjalan-jalan ke kawasan pelabuhan laut kota Makassar, maka suasana zaman lampau akan terasa lebih nyata dibanding kawasan-kawasan lainnya. Pasalnya, di dekat pelabuhan tersebut, terdapat benteng bergaya Belanda zaman dahulu yang masih berdiri kokoh dan menjadi destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Namanya adalah Benteng Fort Rotterdam. Dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Raja I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung (Raja ke-9 Kerajaan Gowa), atau sekitar tahun 1545, benteng ini awalnya diberi nama Benteng Jum Pandang (Benteng Ujung Pandang) dan bergaya khas Portugis.

Ketika Belanda menyerang, Kerajaan Gowa harus menyerahkan benteng ini yang kemudian diubah arsitekturnya menjadi bergaya khas Belanda dan kini bernama Benteng Fort Rotterdam.

Baca Juga:

Orang Gowa-Makassar sendiri lebih sering menyebut benteng ini dengan nama Benteng Panyyua atau Benteng Penyu. Hal ini disebabkan bentuk benteng yang menyerupai penyu jika dilihat dari atas.

Konon, Kerajaan Gowa menjadikan hewan penyu sebagai filosofi hidup. Penyu yang dapat hidup baik di darat maupun lautan, melambangkan kejayaan kerajaan yang berlaku baik di daratan maupun di lautan.

Setelah menyaksikan berbagai kejadian semenjak kali pertamanya dibangun, Benteng Fort Rotterdam resmi diserahkan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1970 lalu.

Selanjutnya, pada tahun 2010, benteng ini resmi mendapat statusnya sebagai cagar budaya tingkat nasional yang berjenis situs. Hingga saat ini, benteng Fort Rotterdam masih ramai dikunjungi.

Benteng Fort Rotterdam memiliki luas sekitar 3 hektar dengan 13 bangunan dan lima bastion (pos penjagaan) di setiap sudut benteng. Benteng ini sebenarnya memiliki 6 bastion, namun kini satu bastion tersebut sudah tidak lagi terlihat.

Di antara ketiga belas bangunannya, 11 bangunan adalah bangunan asli abad ke-17, sedangkan 2 bangunan lainnya baru dibangun pada masa pendudukan Jepang.

Pada masa sekarang, bangunan benteng digunakan dengan baik oleh pemerintah setempat sebagai area perkantoran dan Pusat Kebudayaan Makassar. Tempat ini cocok dijadikan destinasi wisata sejarah karena masih banyak benda peninggalan masa lalu yang dirawat dengan baik hingga sekarang.

Pengunjung juga dapat melihat ruangan yang dulu digunakan sebagai tempat menahan Pangeran Diponegoro hingga kematiannya. Ruangan tersebut sangat sempit dengan atap yang melengkung serta pintu yang rendah.

Salah satu bangunan benteng kini telah diubah menjadi museum yang juga dapat dikunjungi. Nama museum itu adalah La Galigo, sedangkan bangunan yang digunakan adalah bangunan bekas kediaman Gubernur Belanda yang saat itu juga merekonstruksi benteng, Gubernur Jenderal Admiral Cornelis Janszoon Speelman.

Museum La Galigo menampilkan sejumlah peninggalan seperti manuskrip, patung, keramik, hingga pakaian tradisional.

Sementara itu, barak benteng yang berada di sayap timur kini dijadikan perpustakaan kecil yang menyimpan buku-buku Belanda kuno, log kapal kapten VOC, dan manuskrip lontar kuno.

Benteng Fort Rotterdam beroperasi setiap hari mulai pukul 8.00–18.00 WITA. Untuk masuk ke area benteng, pengunjung harus membayar tiket masuk seharga Rp5.000,00 untuk dewasa dan Rp3.000,00 untuk anak-anak.

Benteng dikelilingi oleh toko-toko yang menjual berbagai macam barang mulai dari barang kesenian, souvenir, hingga buku-buku hikayat serta sejarah kepahlawanan Makassar.

Selain itu, banyak bangunan bertingkat yang juga mulai terlihat di sekitar benteng. Bangunan-bangunan tersebut pada umumnya adalah ruko dan hotel yang dapat membantu pengunjung hotel memenuhi kebutuhannya selama berada di kota ini.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru