SURIAH – “Bayi Keajaiban” yang lahir di bawah reruntuhan bangunan di Suriah tak lama setelah gempa mengguncang negara itu ditemukan dengan tali pusar yang masih tersambung ke tubuh ibunya.
Suaranya menjadi petunjuk bagi pamannya bahwa ada nyawa yang harus diselamatkan dari reruntuhan itu.
Bayi perempuan itu ditemukan berada di kaki sang ibu dalam keadaan yang masih bernapas, mendorong tim penyelamat untuk memotong tali pusarnya dan segera melarikannya ke rumah sakit.
“Ibunya seharusnya melahirkan keesokan harinya, tapi sepertinya persalinannya terjadi karena shock,” tutur Khalil al Shami, paman dari sang bayi, dikutip dari The New York Times.
Shami mengatakan, setelah ia berhasil menyelamatkan keponakannya itu, ia kembali menggali reruntuhan dengan harapan keluarga sang bayi masih hidup.
Sayangnya, takdir menggariskan sang bayi untuk menjadi satu-satunya dari keluarga intinya yang selamat.
Dilaporkan oleh AFP, dibutuhkan waktu berjam-jam untuk Shami dan keluarganya menemukan jenazah dari anggota keluarga si bayi, yang terdiri dari ayah, ibu, dan keempat saudara kandungnya.
Adapun bayi itu kini berada di rumah sakit anak di Kota Arifin, menjalani perawatan di dalam inkubator.
Dokter yang merawatnya, dr Hani Maarouf, mengatakan bayi itu memiliki sejumlah memar, dengan yang paling besar di berada di punggungnya.
Meskipun begitu, kondisinya saat ini stabil dan berat badannya berada di berat rata-rata bayi baru lahir, yaitu 3,175 kilogram.
“Satu-satunya kekhawatiran kami adalah memar di punggungnya, dan kami harus melihat apakah ada masalah dengan sumsum tulang belakangnya,” tutur dr Maarouf.
Melihat suhu tubuhnya yang turun ke 35°C Maarouf menduga bayi itu lahir beberapa jam sebelum ditemukan, dengan ibunya yang masih hidup ketika melahirkannya namun meninggal tak lama kemudian.
Jika bayi itu lahir sebelum gempa, lanjutnya, ia tidak akan bertahan begitu lama di cuaca yang dingin.
“Jika anak perempuan itu tak terselamatkan satu jam kemudian, ia pasti sudah meninggal,” jelasnya.
Gempa berkekuatan magnitudo 7,8 mengguncang Turki dan Suriah pada Senin (6/2) pagi, menyebabkan ribuan bangunan hancur dan membuat banyak daerah di kedua negara porak-poranda.
Tak sedikit penduduk yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan. Ada yang berhasil diselamatkan, ada juga yang ditemukan dalam keadaan sudah tak bernyawa.
Hingga hari ini, Kamis (9/2), jumlah korban jiwa dilaporkan telah menembus angka 10 ribu orang.
Untuk itu, tim penyelamat dari warga lokal maupun yang dikerahkan oleh sejumlah negara dan organisasi internasional harus berpacu dengan waktu–demi mencegah lebih banyak korban yang kehilangan nyawanya.