JAKARTA – Indonesia akan menyaksikan fenomena gerhana Matahari yang spesial tahun 2023 ini, tepatnya pada 20 April nanti.
Disebut demikian karena gerhana Matahari yang terjadi akan tampak sebagai gerhana Matahari total (GMT) di sebagian daerah dan gerhana matahari cincin di daerah yang lain. Fenomena ini dinamakan gerhana Matahari hibrida.
Hal itu disampaikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam rilis yang diunggah di laman resmi BRIN, Senin (30/1).
Dalam rilis itu, Johan Muhamad selaku peneliti untuk Pusat Riset Antariksa BRIN membeberkan daerah mana saja di Indonesia yang akan menyaksikan secara langsung fenomena yang jarang terjadi ini.
Menurutnya, gerhana Matahari akan teramati sebagai GMT khususnya di wilayah Indonesia bagian timur.
Hal itu karena lintasan bayangan inti (umbra) Bulan di permukaan Bumi akan melewati sebagian wilayah Indonesia bagian timur.
“Durasi GMT di titik ini berlangsung selama 1 menit 16 detik,” katanya.
Sebagian besar jalur GMT nanti melewati wilayah lautan, seperti Laut Timor dan Laut Banda. Sementara itu, wilayah daratan yang dilaluinya adalah sebagian Timor Leste dan beberapa daerah di Papua Barat.
Beberapa daerah yang dilalui GMT April nanti adalah Kabupaten Fak fak, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama, dan Kabupaten Kepulauan Yapen.
“Prakiraan penampakan GMT 2023 di Biak dimulai pada 12.20 WIT, puncak GMT terjadi pada 13.57 WIT,” jelas BRIN.
Sementara itu, daerah Indonesia lainnya akan mengalami gerhana ini sebagai gerhana Matahari parsial, dengan Jakarta yang akan menyaksikannya mulai pukul 09.29 WIB dan mengalami puncaknya pada 10.45 WIB.
Adapun gerhana Matahari ini akan teramati sebagai gerhana matahari cincin di wilayah selatan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Lebih lanjut, Johan mengimbau masyarakat agar tidak melihat Matahari selama gerhana secara langsung.
Untuk dapat menyaksikannya dengan aman, masyarakat dapat menggunakan teleskop yang dilengkapi filter Matahari, kacamata khusus gerhana Matahari, kamera DSLR lensa telephoto yang dilengkapi filter Matahari, atau melalui kamera pinhole (lubang jarum).
“Ingat kita tidak boleh melihat Matahari secara langsung tanpa menggunakan filter khusus Matahari,” tegasnya.
Gerhana Matahari, lanjutnya, dapat menjadi fenomena yang menarik bagi peneliti di Indonesia untuk melakukan riset, menjadi sarana edukasi, hingga menjadi momentum untuk menarik wisatawan.