TIMUR TENGAH – Buku Daniel dalam Alkitab memberi tahu kita bahwa seorang pria bernama Belsyazar pernah memerintah sebagai raja di Babilon. Tetapi di masa lampau beberapa sumber sekuler menyatakan bahwa Belsyazar, meskipun sangat berkuasa, tidak pernah menjadi raja.
Apakah Alkitab keliru? Para arkeolog menemukan sejumlah silinder tanah liat dalam reruntuhan Ur di Mesopotamia.
Pada sebuah silinder terdapat tulisan paku yang antara lain memuat doa Raja Nabonidus dari Babilonia untuk ”Bel-sar-ussur, putra sulungku”.
Temuan tersebut belakangan meneguhkan bahwa Belsyazar pernah ”menjadi penguasa selama lebih dari separuh masa pemerintahan ayahnya,” kata New Bible Dictionary, dan selama periode itu kedudukannya setara dengan raja.
Sejarah juga menunjukkan bahwa agama sangat besar pengaruhnya di kota Babilon kuno, yang terlihat dari maraknya astrologi dan tenung.
Misalnya, di Yehezkiel 21:21, kita membaca bahwa raja Babilon menggunakan tenung untuk menentukan apakah akan menyerang Yerusalem.
Sang raja ”menilik liver”, kata Alkitab. Mengapa liver? Orang Babilonia menggunakan organ ini untuk mendapatkan pertanda. Buku Mesopotamian Astrology memberi tahu bahwa di satu situs saja di Babilon kuno, para arkeolog menemukan 32 model liver (dari tanah liat), semuanya memuat berbagai pertanda.
Arkeolog Nelson Glueck yang terkenal pernah berkata, “Saya telah melakukan penggalian selama tiga puluh tahun dengan Alkitab di satu tangan dan sekop di tangan satunya, dan dari segi sejarah saya menemukan bahwa Alkitab tidak pernah keliru,”.
Kejatuhan Babilon sudah dituliskan dalam Alkitab oleh Nabi Ibrani Yesaya. Tulisan ini sudah dibuat 200 tahun sebelum kehancuran terjadi, yakni sekitar tahun 732 SM. Ia menulis, ”Babilon, hiasan kerajaan-kerajaan, . . . akan menjadi seperti pada waktu Allah meruntuhkan Sodom dan Gomora. Ia tidak akan pernah didiami, juga tidak akan ada lagi dari generasi ke generasi.”—Yesaya 13:19, 20.
Tetapi, mengapa Allah menubuatkan kebinasaan Babilon? Pada 607 SM, pasukan Babilonia menghancurkan Yerusalem dan membawa penduduk yang tersisa ke Babilon, di mana mereka diperlakukan dengan kejam.
Yeremia dalam Alkitab menuliskan bahwa bangsa Yahudi harus menanggung perlakuan buruk ini selama 70 tahun karena perbuatan fasik mereka. Yeremia menuliskan juga bahwa Allah akan membebaskan dan memulangkan mereka ke tanah air mereka.
Sesuai dengan nubuat yang ada dalam Alkitab, akhirnya pada tahun 539 SM, tepat ketika 70 tahun masa pembuangan Yehuda akan berakhir, Kota Babilon yang tampaknya tak terkalahkan itu ditaklukkan oleh pasukan Media Persia. Setelah beberapa waktu, kota itu menjadi timbunan puing, persis seperti dinyatakan sebelumnya. Tidak ada manusia yang dapat meramalkan prestasi yang begitu hebat.
Awal Kejatuhan Babilonia
Pada malam itu tanggal 5/6 Oktober 539 SM, Belsyazar mengadakan pesta besar bersama gundik-gundiknya. Pesta ini diadakan saat Babilonia tengah dalam kondisi perang. Saat itu pasukan Kores tengah berkemah persis di luar Babilon. Namun, tampaknya Belsyazar dan para pembesarnya tidak khawatir. Karena menurut mereka Babilonia tidak mungkin pernah bisa dikalahkan karena tembok-tembok kota yang sangat besar menjulang di atas parit yang dalam, yang dipenuhi air Sungai Efrat yang besar yang mengalir melalui kota.
Dalam catatan sejarah, selama lebih dari seratus tahun, tidak ada musuh yang pernah mengambil alih Babilon dengan menggempur kota itu. Jadi, tidak ada kekhawatiran di hati Raja Belsyazar . Ia justru bernalar bahwa gaduhnya suara mereka yang sedang berpesta pora akan mempertunjukkan keyakinan mereka kepada musuh-musuh yang berada di luar sehingga orang-orang itu menjadi tawar hati.
Peristiwa Ajaib Sebelum Kejatuhan Babilonia
Sebagaimana yang dituliskan dalam Alkitab, disebutkan bahwa Belsyazar mulai terpengaruh oleh anggur yang terlalu banyak diminumnya. Saat tengah mabuk oleh anggur, Belsyazar memerintahkan agar bejana-bejana suci dari Bait Allah dibawa ke ruang pesta. Bejana-bejana ini diambil sebagai jarahan sewaktu Nebukhadnezar menaklukkan Yerusalem. Allah yang dimaksud adalah Yehuwa yang dicatat dalam Alkitab.
Untuk diketahui, bejana-bejana ini hanya boleh digunakan dalam ibadat yang murni. Bahkan para imam Yahudi yang diberi wewenang untuk menggunakannya dalam bait di Yerusalem pada masa lampau telah diperingatkan untuk menjaga diri mereka tetap tahir.
Tak hanya itu, Belsyazar sebagaimana dalam Kitab Daniel juga diketahui minum anggur dari wadah emas dan perak yang juga diam il oleh Raja Nebukhadnezar dari Bait Allah di Yerusalem. Belsyazar minum dari wadah tersebut bersama dengan para bangsawan, selir dan gundiknya. Dalam keadaan mabuk, mereka memuji berhala-berhala dari emas, perak, tembaga, besi, kayu dan batu.
Namun, di tengah pesta mabuk tersebut, tiba-tiba sebuah tangan muncul entah dari mana dan melayang-layang di udara dekat bagian dinding yang terang. Kesunyian tiba-tiba menyelimuti pesta itu seraya para tamu melongo melihat tangan itu. Tangan tersebut mulai menulis suatu pesan misterius pada plester dinding. Fenomena ini sungguh menyeramkan dan tak terlupakan, sehingga sampai sekarang orang menggunakan ungkapan ”tulisan tangan di dinding” untuk menyatakan peringatan tentang adanya malapetaka yang sudah di ambang pintu.
Hal ini diungkapkan dalam Alkitab, “Muncullah jari-jari tangan manusia dan menulis di depan kaki pelita, pada plester dinding istana raja, dan raja melihat punggung tangan yang sedang menulis itu. Hal tersebut dituliskan secara jelas oleh Daniel (Daniel 5:5).
Belsyazar sudah berupaya agar ia kelihatan agung dan berwibawa di hadapan rakyatnya. Namun, penampilannya mencerminkan rasa takut yang sangat mencekam—mukanya pucat pasi, pinggangnya goyah, seluruh tubuhnya gemetar begitu hebat sehingga lututnya berantukan.
Saat itu, Ia langsung berteriak memanggil para dukun, orang-orang Khaldea (kalangan terpelajar di bidang ilmu pengetahuan, sejarah, bahasa, dan astronomi, yang juga melakukan sihir dan meramal berdasarkan perbintangan) dan para ahli nujum. Ia bahkan mengumumkan bahwa siapapun yang dapat membaca tulisan ini dan memberitahukan tafsirannya maka kain ungu akan dikenakan padanya, dengan kalung emas pada lehernya, dan Ia akan berkuasa dalam kerajaan ini sebagai orang ketiga.
Penguasa ketiga di kerajaan Babilonia saat itu pasti memiliki wewenang yang luar biasa. Karena diatasnya hanya ada dua raja yang pada waktu itu memerintah, Nabonidus dan Belsyazar sendiri. Kedudukan demikian biasanya disediakan bagi putra sulung Belsyazar. Ia rupanya begitu ingin agar pesan ajaib itu dijelaskan.
Orang-orang berhikmat pun berbaris memasuki ruangan besar itu. Jumlah mereka tidak sedikit karena Babilon adalah kota yang penuh dengan beragam agama dan sarat dengan kuil-kuil. Tentu ada banyak orang yang mengaku dapat membaca pertanda dan mengartikan tulisan misterius ini. Sayangnya, mereka yang ikut antri itu gagal.
Ratu (kemungkinan besar permaisuri) yang ada di Kerajaan Babilonia saat itu masuk dan merekomendasikan Daniel untuk membaca pesan tersebut. Karena ayahnya, Nebukhadnezar telah menunjuk Daniel sebagai kepala atas semua orang berhikmat di kerajaannya. Namun Belsyazar tidak mengenalnya, kemungkinan besar Sang Nabi telah kehilangan kedudukannya yang tinggi di pemerintahan setelah Nebukhadnezar mati.
Sebelum menjawab arti tulisan tersebut, Daniel terlebih dahulu mengatakan bahwa Ia menolak tegas semua tawaran dari Raja Belsyazar. Daniel juga tahu bila Belsyazar merasa terhina karena baru saja Ia menghina Allah orang Yahudi dalam mabuknya. Dan Daniel adalah orang Yahudi yang diambil dari Yerusalem.
Kata-kata itu berbunyi, “MENE, MENE, TEKEL, dan PARSIN,” Apa artinya?
Secara harfiah, kata-kata itu berarti “satu mina, satu mina, satu syekel dan setengah syekel,”. Setiap kata menyatakan satuan mata uang berdasarkan bobotnya, yang dicantumkan dengan urutan yang semakin kecil nilainya. Inilah tafsiran perkataan itu:
MENE, Allah telah menghitung hari-hari kerajaanmu dan mengakhirinya. Huruf-huruf mati (konsonan) dari kata pertama dapat membentuk kata ”mina” maupun bentukan kata bahasa Aram untuk ”membilang”, atau ”menghitung”, bergantung pada huruf hidup yang ditambahkan oleh pembaca. Daniel tahu benar bahwa masa pembuangan orang Yahudi sebentar lagi akan berakhir. Dari jangka waktu 70 tahun yang dinubuatkan 68 tahun telah berlalu.
Yehuwa, kata Daniel, telah menghitung hari-hari pemerintahan Babilon sebagai penguasa dunia dan akhir pemerintahan tersebut tiba lebih cepat dari pada yang disangka oleh siapa pun yang hadir dalam perjamuan Belsyazar.
Daniel mengatakan juga bahwa sebenarnya masa Babilonia untuk berkuasa sudah habis. Bukan hanya bagi Belsyazar melainkan juga bagi bapaknya, Nabonidus. Boleh jadi itulah sebabnya kata ”MENE” tertulis dua kali untuk mengumumkan akhir kekuasaan kedua raja itu.
Sebaliknya, ”TEKEL” hanya tertulis satu kali dan dalam bentuk tunggal. Kemungkinan ini menunjukkan bahwa kata tersebut khusus ditujukan kepada Belsyazar.
Kata Daniel, kata TEKEL sendiri berarti ”syekel”, tetapi huruf-huruf matinya juga dapat membentuk kata ”ditimbang”. Oleh karena itu, Daniel mengatakan kepada Belsyazar begini, “TEKEL, engkau telah ditimbang dengan neraca dan didapati kurang,”.
Kata terakhir di dinding itu adalah ”PARSIN”. Daniel membacanya dalam bentuk tunggal, ”PERES”, kemungkinan karena dia hanya berbicara kepada seorang raja sementara raja lainnya tidak ada.
Kata ini adalah klimaks teka-teki hebat yang diajukan Yehuwa karena merupakan permainan kata yang bermakna rangkap tiga. Secara harfiah, “parsin” berarti “setengah syekel”. Tetapi, huruf-hurufnya juga dapat membentuk dua arti lainnya “pembagian” dan “orang Persia”. Jadi, Daniel menubuatkan, “PERES”, kerajaanmu telah dibagi dan diberikan kepada orang Media dan orang Persia,”.
Demikianlah teka-teki itu terpecahkan. Babilon yang perkasa akan segera jatuh ke tangan pasukan Media-Persia. Meskipun merasa malu karena dihadapkan pada pernyataan penghukuman ini, Belsyazar menepati janjinya. Ia menyuruh hamba-hambanya mengenakan kain ungu pada Daniel, memakaikan kalung emas pada lehernya, dan memaklumkan dia sebagai penguasa ketiga dalam kerajaan itu.
Daniel tidak menolak penghormatan ini, karena sadar bahwa semua ini mencerminkan kehormatan yang menjadi hak Yehuwa. Tentu saja, Belsyazar mungkin berharap untuk melunakkan hukuman dari Yehuwa dengan menghormati nabi-Nya. Namun, nasi sudah menjadi bubur.
Kejatuhan Babilonia
Sementara Belsyazar dan para pejabat istana masih minum-minum untuk memuja allah-allah mereka dan mengejek Allah orang Yahudi, serangkaian peristiwa yang hebat sedang terjadi dalam kegelapan malam di luar istana.
Nubuat yang telah diucapkan melalui Yesaya hampir dua abad sebelumnya sedang digenapi. Tentang Babilon, Yehuwa dalam Alkitab telah menubuatkan, “Semua keluh kesah oleh karena dia telah kuhentikan,”.
“Ya, segala penindasan yang dilakukan kota fasik itu terhadap umat pilihan Allah akan diakhiri. Dengan sarana apa? Nubuat yang sama menyatakan, Naiklah, hai, Elam! Kepunglah, hai, Media!”.
Elam menjadi bagian Persia setelah zaman nabi Yesaya. Pada waktu pesta Belsyazar diadakan, yang juga telah dinubuatkan Yesaya dalam nubuat yang sama, Persia dan Media sesungguhnya telah menggabungkan kekuatan untuk naik dan mengepung Babilon.
Pasukan Kores mengalihkan aliran air Sungai Efrat dengan menurunkan permukaan airnya sehingga mereka dapat bergerak melintasi dasar sungai. Pintu-pintu pada tembok kota Babilon telah dibiarkan terbuka oleh para penjaga yang ceroboh. Sebagaimana disebutkan oleh para sejarawan dunia bahwa kota itu diserbu sewaktu penduduknya sedang berpesta pora. Babilon diambil alih hampir tanpa perlawanan.
Bahkan Daniel menuliskan bahwa pada malam itu juga, Belsyazar, raja orang Khaldea, dibunuh dan Darius, orang Media dan menerima kerajaan itu, ketika Ia (Darius) berumur kira-kira enam puluh dua tahun.