THE EDITOR – Untuk mencegah harga melonjak naik, pemerintah Jepang menetapkan ambang batas harga beras yang rencananya akan dijual secara online.
Japan News pada Senin (26/5/2025) mengatakan bila pemerintah Jepang akan menjual cadangan beras milik negara melalui sistem kontrak yang harganya sudah ditetapkan terlebih dahulu.
Keputusan ini diambil untuk mencegah melonjaknya harga beras yang bisa terjadi karena proses penjualan dan pengiriman beras. Lelang umum dikatakan menjadi penyebab utama naiknya harga beras di Jepang nantinya.
Baca Juga: Harga Beras Jepang April Melonjak 98% Jadi 45.554 Per kilogram Dibandingkan Setahun Yang Lalu
Dikatakan juga bila Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang juga menerima kontrak diskresioner atau kontrak pengelolaan dana baru dari orang-orang yang menginginkan beras yang akan tersedia di bulan Agustus 2025 mendatang.
Dalam tahap awal ini, pemerintah Jepang akan melepaskan 300.000 ton beras ke publik dan akan mempertimbangkan penambahan bila memang diperlukan.
Harga yang ditetapkan pemerintah Jepang untuk beras ini adalah sebesar sekitar 2.000 yen, atau sekitar 14 hingga 21 dolar, per 5 kilogram atau setara dengan Rp 227.772 per 5 kilogram (Rp 45.554 per kilogram).
“Kami akan bergerak cepat karena urgensinya tinggi agar tidak ada kekhawatiran di masyarakat. Prioritas kami menstabilkan harga beras. Kami akan mengirimkan beras lezat dengan harga terjangkau kepada konsumen secepat mungkin,” kata Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Shinjiro Koizumi dalam sebuah pertemuan yang diadakan di kementerian tersebut pada hari Senin.
Katanya, pemerintah akan mengeluarkan 200.000 ton beras yang diproduksi tahun 2022 lalu dan 100.000 ton lainnya yang dipanen tahun 2021 lalu. Beras-beras ini akan masuk dalam sistem kontrak diskresioner.
Para peserta lelang umum yang dianggap memenuhi syarat akan terdiri dari 50 pengecer besar yang dinilai mampu menangani sedikitnya 10.000 ton beras.
Dengan kata lain, hanya distributor beras besar yang dapat mengambil bagian dalam pelelangan umum hingga saat ini.
Syarat ini cenderung baru karena sebelumnya pemerintah Jepang hanya menjual stok beras yang ditimbun kepada distributor dengan syarat pemerintah akan membeli kembali beras mereka dalam jumlah yang sama dalam waktu 1 tahun. Namun, kali ini tidak ada persyaratan seperti itu.
Beras mentah yang dipanen tahun 2022 akan dijual oleh pemerintah kepada pengecer dengan harga Rp 1.252.897 untuk takaran 60 kg.
Sementara itu, beras mentah yang dipanen tahun 2021 akan dijual pemerintah ke masyarakat sebesar Rp 1.146.982. Dua harga di atas berlaku tapi sebelum dikenai pajak.
Harga beras di tingkat pengecer diperkirakan akan mencapai angka Rp 227.555 sebelum pajak. Bila dihitung dengan pajak maka akan menjadi Rp245.738 per 5 kg.
Pemerintah juga mempertimbangkan penjualan beras secara daring. Pada hari Jumat, Hiroshi Mikitani, ketua dan presiden perusahaan e-commerce Rakuten Group Inc bertemu dengan Menteri Koizumi dan menyatakan niatnya untuk bergabung dengan sistem kontrak diskresioner.
Rakuten, Inc adalah sebuah perusahaan internet dan perdagangan elektronik Jepang yang berpusat di Tokyo, Jepang. Hiroshi Mikitani mendirikan perusahaan ini pada bulan Februari 1997 sebagai MDM, Inc dan berperan sebagai CEO. Rakuten Shopping Mall mulai beroperasi pada Mei 1997.
Beras-beras tersebut akan dikirimkan ke lokasi yang diminta oleh pengecer dengan biaya transportasi akan ditanggung oleh pemerintah.
Menurut kementerian, harga rata-rata per 5 kilogram beras yang dijual di supermarket nasional dari tanggal 5 hingga 11 Mei adalah Rp 485.551 per 5 kg, harga ini naik 6.143 dari harga minggu sebelumnya.
Karena situasi tersebut, pemerintah mendesak agar harga beras segera diturunkan karena dinilai sudah terlalu mahal hingga mencapai dua kali lipat dari periode yang sama di tahun 2024 lalu.
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba dalam sebuah debat partai pada Rabu mengatakan berniat ingin menurunkan harga beras hingga ke angka Rp 341.042 per 5 kg.
“Kami akan berupaya untuk mencapai level itu sesegera mungkin,” katanya.
Pemerintah Jepang berencana untuk mendorong penurunan harga beras eceran yang ditimbun untuk menurunkan harga beras secara keseluruhan.
Pada hari Senin, kementerian terkait langsung membentuk tim khusus internal yang terdiri dari sekitar 40 anggota, yang dipimpin oleh wakil menteri administrasi untuk memperkuat dukungan personel dalam menangani kenaikan harga beras.
Sekitar 210.000 ton beras yang ditimbun dilelang pada bulan sejak Maret hingga 27 April 2025 hanya 10,5%, atau 22.379 ton yang dikirim ke supermarket dan pengecer lainnya dan restoran dengan layanan makanan cepat saji.
Jika dibatasi pada penjualan eceran kepada konsumen, maka angkanya hanya 7,1%, atau 14.998 ton. Tantangannya adalah bagaimana mengirimkan beras ke konsumen dengan cepat.