LAMPUNG TIMUR – Kabar yang menggembirakan datang dari Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur, Lampung. Kawasan konservasi tersebut kini bertambah ramai dengan lahirnya seekor anak gajah sumatera.
Disampaikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di media sosial, anak gajah yang berjenis kelamin laki-laki itu adalah anak kedua dari induk gajah Riska.
Ia disebutkan lahir pada Sabtu (11/11) di Camp Elephant Rescue Unit (ERU)/KHS Bungur SPTN Wilayah II.
“Anaknya ini hasil perkawinannya dengan gajah jantan bernama Aji. Bayi gajah lahir dengan berat 108 kg, panjang 120 cm, lingkar dada 110 cm, dan tinggi 93 cm,” kata kementerian di unggahan tersebut.
Pihak kementerian juga membagikan video berdurasi 44 detik yang menunjukkan kebersamaan Riska dan anaknya. Keduanya tampak berdiri bersisian dalam kondisi yang sehat.
Melansir laman resmi kementerian, kondisi dan kesehatan keduanya saat ini dipantau dan dipastikan oleh mahout (pawang gajah), asisten mahout, dan tim medis TNWK.
“Gajah sumatera merupakan salah satu jenis satwa liar dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar yang Dilindungi,” terang kementerian.
“Selain itu, gajah sumatera juga merupakan satwa prioritas dan menjadi salah satu prioritas dalam pengelolaan Kawasan TNWK,” sambung mereka.

TNWK sendiri sebelumnya kehilangan 200 hektare lahan gambut akibat kebakaran parah yang terjadi pada Agustus–September lalu.
Sementara asap dan debu bekas kebakaran dilaporkan tidak berdampak serius pada kesehatan satwa yang ada di sana, peristiwa tersebut menjadi yang terparah dalam beberapa tahun terakhir.
Aksi pemburu liar yang sengaja membuang percikan api di lahan gambut yang kering dan mudah terbakar diduga menjadi penyebab kebakaran tersebut.
Taman nasional itu juga masih berstatus tutup untuk kunjungan wisatawan setelah penutupan pada masa pandemi Covid-19.
Media menyebutkan, TNWK nantinya akan dibuka dengan konsep baru, yakni dengan mengedepankan kesejahteraan hewan dan beralih dari pariwisata massal.
Konsep tersebut akan meniadakan kegiatan menunggang gajah dan menghadirkan pembatasan kuota kunjungan.