22 C
Indonesia

Keluarga Mantan PM Inggris Minta Maaf Atas Hubungannya dengan Perbudakan di Masa Lalu

Must read

GUYANA – Keluarga mantan Perdana Menteri Inggris William Gladstone pada Jumat (25/8) meminta maaf atas masa lalu keluarga mereka, menyoroti kepemilikan budak di Guyana, menyusul permintaan reparasi dari keturunan para budak.

Ayah William, John, adalah salah satu pemilik budak terbesar di wilayah Karibia yang dijajah Inggris.

Ia juga diyakini memiliki dua kapal yang mengangkut ribuan orang Asia dari India dan tempat lain untuk bekerja sebagai buruh kontrak setelah penghapusan perbudakan pada tahun 1834.

Baca Juga:

“Perbudakan adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan dampak buruknya terus dirasakan di seluruh dunia saat ini,” kata Charles Gladstone, cicit William, pada peluncuran Pusat Internasional untuk Studi Migrasi dan Diaspora di Universitas Guyana, dikutip dari Al Jazeera.

“Dengan rasa malu dan penyesalan yang mendalam kami mengakui keterlibatan nenek moyang kami dalam kejahatan ini dan dengan ketulusan hati kami meminta maaf kepada para keturunan budak di Guyana,” tambahnya.

“Kami juga mendesak keturunan lain dari mereka yang mendapat manfaat dari perbudakan untuk membuka pembicaraan tentang kejahatan nenek moyang mereka dan apa yang mungkin bisa mereka lakukan untuk membangun masa depan yang lebih baik.”

Keluarga Gladstone juga meminta maaf atas peran mereka dalam perjanjian kerja yang mengikat pekerja dengan majikan mereka.

Akan tetapi, permintaan maaf itu berbalas teguran keras dari beberapa keturunan budak yang hadir di ruang kuliah universitas.

“Itu tidak diterima,” teriak salah satu dari mereka.

Mereka melakukan unjuk rasa dengan memegang plakat bertuliskan, “Kesalahanmu nyata, Charlie. Bergerak cepat menuju reparasi sekarang”, dan “Keluarga Gladstones adalah pembunuh.”

Aktivis Afro-Guyana Nicole Cole, yang termasuk di antara para pengunjuk rasa, mengatakan permintaan maaf tersebut tidak cukup.

“Permintaan maaf saja tidak cukup, tapi ini adalah langkah untuk mengakui bahwa kejahatan telah dilakukan dan kehidupan banyak orang telah terganggu,” katanya kepada kantor berita AFP.

Charles Gladstone dan lima anggota keluarga lainnya berjanji untuk mendukung pekerjaan departemen universitas baru itu dan meminta Inggris untuk mengadakan pembicaraan dengan Komunitas Karibia (CARICOM) yang beranggotakan 15 negara mengenai reparasi.

Selain “permintaan maaf formal yang tulus”, hak repatriasi bagi keturunan “orang yang dicuri” dan penghapusan utang untuk membereskan “kekacauan kolonial”, CARICOM sedang mengupayakan program pengembangan untuk komunitas Pribumi di negara anggotanya dan pendanaan untuk lembaga kebudayaan, seperti museum perbudakan.

Eric Phillips, anggota Komisi Reparasi CARICOM, mengatakan penelitian menunjukkan Inggris berutang lebih dari $1,2 triliun kepada keturunan Afrika di Guyana.

Kepada AFP, Charles Gladstone mengatakan bahwa, meskipun ia tidak dapat mengomentari angka moneter sebenarnya, Inggris dan pemerintah di Eropa mungkin “takut dengan jumlah tersebut”.

Sementara itu, sehari sebelumnya, Presiden Guyana Irfaan Ali mengecam keturunan pedagang budak Eropa, dengan mengatakan bahwa mereka yang mengambil keuntungan dari perdagangan budak trans-Atlantik yang kejam harus menawarkan untuk membayar ganti rugi kepada generasi saat ini.

Pemimpin negara Amerika Selatan itu juga mengusulkan agar mereka yang terlibat dalam perdagangan budak didakwa secara anumerta atas kejahatan terhadap kemanusiaan.

“Keturunan John Gladstone sekarang juga harus menguraikan rencana tindakan mereka sejalan dengan CARICOM…rencana keadilan reparatoris untuk perbudakan dan perjanjian kerja,” kata Ali.

 

Sumber: Al Jazeera

 

Baca juga: Raja Belanda Minta Maaf Atas Keterlibatan Negaranya dalam Perbudakan di Masa Lalu

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru