IRAN – Gelombang unjuk rasa yang memprotes kematian Mahsa Amini masih terus bergejolak di Iran. Tidak hanya di satu kota, massa yang menyerukan protes terlihat di beberapa kota bahkan di Teheran, ibu kota negara itu sendiri.
Mahsa Amini meninggal akhir pekan lalu setelah sempat ditahan oleh “polisi moral” Iran akibat mengenakan jilbab yang tidak sesuai dengan aturan negara tersebut.
Ia diduga mendapatkan tindak kekerasan selama ditahan karena harus dilarikan ke rumah sakit hanya selang beberapa jam dari pertama kali masuk kantor polisi.
Amini meninggal beberapa hari kemudian, tepatnya pada hari Jumat (16/9), setelah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Kepolisian membantah adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pihaknya, mengatakan bahwa perempuan berusia 22 tahun itu meninggal akibat serangan jantung.
Klaim tersebut lantas disangkal oleh keluarga Amini. Mereka mengatakan bahwa anaknya tidak memiliki tanda-tanda kesalahan pada jantungnya.
Aksi protes telah berlangsung selama beberapa hari terakhir sejak Amini dimakamkan pada hari Sabtu (17/6).
Pada hari Senin (19/6), protes berlangsung rusuh dengan total 5 pengunjuk rasa dilaporkan meninggal.
Dilansir dari CCN Indonesia, Organisasi Hak Asasi Manusia Hengaw mengatakan bahwa 2 orang meninggal dalam protes yang berlangsung di kampung halaman Amini, yaitu Kota Saqez, Provinsi Kurdistan.
Dua pendemo lainnya tewas di Kota Divandarreh akibat “tembakan langsung” dari pasukan keamanan.
Laporan tewasnya pendemo kelima datang dari Dehlogan setelah massa bentrok dengan polisi.
Dari video yang beredar di media sosial, diketahui pula bahwa protes telah menyebar ke beberapa kota lainnya di seluruh penjuru Iran seperti Rahst, Mashhad, dan Isfahan.
Selama unjuk rasa berlangsung, slogan-slogan anti diktator terus diserukan. Massa melempari batu, menghancurkan jendela mobil, dan membakar tempat sampah.
Sementara itu, kantor berita resmi Iran, IRNA, melaporkan bahwa hanya ada protes “terbatas” di sejumlah kota di tujuh provinsi yang dibubarkan oleh polisi.
TV pemerintah mengatakan bahwa sejumlah pengunjuk rasa telah ditangkap, namun membantah “beberapa klaim kematian di media sosial”.