KUBA – Dua seniman Kuba diadili pada hari Senin (30/5) setelah ditahan selama hampir satu tahun atas tuduhan menghasut protes dan mengkritik pemerintah.
Jaksa menuntut 10 tahun penjara untuk rapper Maykel Castillo dan tujuh tahun untuk seniman visual Luis Manuel Otero Alcantara. Amnesti Internasional pun menyatakan keduanya sebagai “tahanan hati nurani”.
Kedua seniman tersebut terlibat dalam kelompok yang disebut Gerakan San Isidro, yang terdiri dari seniman, jurnalis, dan intelektual Kuba yang vokal dalam mengkritik pemerintah komunis.
Castillo, yang juga dikenal dengan nama panggungnya Osorbo, memenangkan Grammy Latin untuk lagunya “Patria y Vida” yang berarti “Tanah Air dan Kehidupan” setelah penangkapannya pada Mei 2021.
Lagu tersebut merupakan plesetan dari slogan negaranya sendiri yang berbunyi “Tanah Air atau Kematian.”
Sementara itu, Alcantara dituduh melakukan pencemaran nama baik dan menyalahgunakan simbol nasional karena menggunakan bendera Kuba dalam karyanya.
Keduanya telah lebih dulu ditahan sebelum demonstrasi anti-pemerintah terjadi pada Juli 2021.
Demonstrasi tersebut meluas dan menyebar ke seluruh negeri pada Juli 2021, memprotes kekurangan makanan dan pemadaman listrik.
Pada November 2020, Alcantara bentrok dengan polisi karena aksi duduknya yang ditujukan untuk mendukung rapper Denis Solís dibubarkan oleh pihak berwenang.
Solìs ditahan karena menghina seorang perwira.
Para pejabat mengklaim bahwa mereka sejatinya menegakkan peraturan kesehatan covid-19.
Akan tetapi, hal itu justru memicu pertemuan yang lebih besar dari 200 orang di Kementerian Kebudayaan, yang dibubarkan setelah pengunjuk rasa menyatakan kemenangannya, karena pemerintah berjanji akan ada lebih banyak toleransi dan kebebasan berbicara.
Sejak penangkapan Alcantara, sejumlah seniman juga ikut menunjukkan dukungan dengan menuntut karya-karya mereka dikeluarkan dari Museum Seni Rupa Nasional. Permintaan mereka sejauh ini ditolak.
Desakan pun datang dari Amnesti Internasional, yang meminta pihak berwenang Kuba untuk mengizinkan akses organisasi internasional untuk mengamati persidangan dan membebaskan orang-orang itu.
Para diplomat yang mewakili beberapa negara Eropa bahkan terlihat menunggu di luar gedung pengadilan pada hari Senin, namun mereka tidak diberikan izin masuk.
Sumber: euronews