JEPANG – Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan pada Rabu (23/2) bahwa negaranya akan memberlakukan sanksi terhadap Rusia atas tindakannya di Ukraina.
Langkah-langkah yang dilakukan Moskow, menurutnya, adalah pelanggaran yang tidak dapat diterima terhadap kedaulatan Ukraina dan hukum internasional.
Sementara itu, negara-negara Barat pada Selasa (22/2) telah memberlakukan sanksi baru terhadap bank dan elit Rusia setelah Moskow mengirim pasukan ke wilayah separatis di Ukraina timur.
Kishida memaparkan beberapa sanksi yang akan diberlakukan adalah melarang penerbitan obligasi Rusia di Jepang dan membekukan aset individu Rusia tertentu.
Selain itu, perjalanan ke Jepang dari Rusia juga akan dibatasi.
“Tindakan Rusia sangat jelas merusak kedaulatan Ukraina dan bertentangan dengan hukum internasional. Kami sekali lagi mengkritik langkah ini dan sangat mendesak Rusia untuk kembali ke diskusi diplomatik,” katanya.
“Situasinya tetap cukup tegang dan kami akan terus memantaunya dengan cermat,” lanjutnya.
Rincian sanksi akan dikerjakan dan diumumkan dalam beberapa hari mendatang, tambahnya.
Kishida juga menegaskan bahwa Jepang kini memiliki cadangan minyak dan gas alam cair (LNG) yang cukup sehingga pemberian sanksi kepada Rusia tidak akan berdampak signifikan pada pasokan energi dalam jangka pendek.
Jika harga minyak naik lebih lanjut, dia mengatakan akan mempertimbangkan semua langkah yang mungkin untuk membatasi dampak pada perusahaan dan rumah tangga.
Kishida mengatakan Jepang akan tetap berhubungan erat dengan negara-negara G7 lainnya dan komunitas internasional.
“Jika situasinya memburuk, kami akan bergerak cepat untuk mengambil tindakan lebih lanjut,” tuturnya.
Sikap tegas Jepang saat ini cukup kontras dengan pendekatan diplomatik yang dilakukan dengan “lebih lembut” oleh pemerintah Jepang di masa lalu kepada Moskow.
Langkah tersebut diyakini sebagai upaya untuk mengamankan kembalinya pulau-pulau yang diduduki oleh pasukan Rusia pada akhir Perang Dunia Kedua.
Adapun hubungan Jepang dengan Moskow pada dasarnya terbentuk oleh ketergantungannya pada Rusia untuk kebutuhan energi.
Pada tahun 2021, Rusia menyediakan lebih dari 12% batubara termal Jepang dan hampir sepersepuluh dari keseluruhan kebutuhan LNG-nya.
Sumber: Reuters