SELANDIA BARU – Jalan-jalan di sekitar gedung parlemen Selandia Baru hari ini, Selasa (8/2), terlihat sangat berbeda. Pasalnya, ribuan orang memadati setiap sisi jalanan guna memprotes kebijakan vaksin dan pembatasan selama pandemi yang tidak kunjung selesai.
Reuters menyebut aksi yang melibatkan truk dan mobil camping ini terinspirasi dari aksi yang mirip yang terjadi di Kanada beberapa waktu lalu.
Para pengunjuk rasa “Konvoi Untuk Kebebasan” itu datang dari seluruh penjuru Selandia Baru dan berkumpul di sekitar gedung parlemen “Sarang Lebah” sebelum Perdana Menteri Jacinda Ardern menyampaikan pidato pertamanya untuk tahun ini.
Sebagian besar dari mereka tidak mengenakan masker, mengangkat banner bertuliskan “kebebasan”, dan bersumpah untuk tetap tinggal di luar gedung parlemen sampai pembatasan terkait pandemi dicabut.
Ardern tidak menemui para pengunjuk rasa.
Wanita itu mengatakan kepada pers bahwa mereka tidak merepresentasikan pandangan mayoritas masyarakat Selandia Baru.
“Saya pikir akan salah untuk mengkarakterisasi dengan cara apapun apa yang telah kita lihat di luar sebagai representasi mayoritas,” ucapnya.
Mayoritas masyarakat Selandia Baru, menurutnya, telah melakukan apapun untuk menjaga satu sama lain tetap aman.
Dalam pidatonya, Ardern mengatakan kepada anggota parlemen bahwa pandemi tidak akan berakhir dengan varian omicron.
Untuk itu, ia menegaskan bahwa Selandia Baru harus bersiap untuk lebih banyak varian virus tahun ini.
Seperti yang diketahui, pemerintahan Ardern telah memberlakukan sejumlah pembatasan pandemi terberat selama dua tahun terakhir dalam rangka mencegah penyebaran virus covid-19.
Kebijakan tersebut berhasil menjaga angka infeksi dan kematian tetap rendah.
Negara berpenduduk lima juta orang itu dikabarkan hanya memiliki total kasus infeksi covid-19 sebanyak 18.000 dengan 53 kematian sejauh ini.
Akan tetapi, kebijakan super ketat itu juga membuat marah banyak orang yang harus menghadapi isolasi terus menerus.
Selain itu, puluhan ribu ekspatriat Selandia Baru juga harus tetap berjauhan dari keluarga mereka karena perbatasan yang terus ditutup.
Langkah-langkah tersebut juga telah menghancurkan bisnis yang bergantung pada wisatawan internasional.
Peringkat dukungan Ardern akhirnya anjlok dalam 1News Kantar Public Poll terbaru yang dirilis bulan lalu.
Publik memberinya penilaian yang buruk akibat penundaan dalam vaksinasi dan penghapusan pembatasan.
Pekan lalu, pemerintah setempat mengatakan bahwa mereka akan kembali membuka perbatasannya untuk semua negara secara bertahap, dimulai pada bulan Oktober nanti.
Sumber: Reuters