ZIMBABWE – Seorang jurnalis freelance yang bekerja untuk New York Times akan muncul di pengadilan Zimbabwe pada Rabu (12/1). Hal itu disampaikan langsung oleh pengacaranya dan surat kabar itu sendiri.
Para kritikus menilai adanya kasus ini berkaitan dengan sifat otoriter pemerintahan Presiden Emmerson Mnangagwa.
Jeffrey Moyo (37) menghabiskan tiga minggu di penjara tahun lalu atas tuduhan memperoleh dokumen akreditasi palsu untuk dua jurnalis surat kabar Amerika Serikat lainnya dalam sebuah kunjungan.
The New York Times mengatakan tuduhan itu tidak berdasar.
Mereka bahkan mengatakan seorang pejabat Komisi Media Zimbabwe telah memberikannya surat-surat untuk Christina Goldbaum dan Joao Silva. Mereka diusir.
“Kami sangat terganggu oleh penuntutan Jeffrey Moyo, yang tampaknya dirancang untuk mendinginkan isu kebebasan pers di Zimbabwe.
Jeffrey adalah jurnalis yang dihormati secara luas dengan pengalaman pelaporan bertahan-tahun di Zimbabwe,” kata Dean Baquet, editor eksekutif The New York Times, dalam sebuah pernyataan, yang dilaporkan oleh Times.
Kepada Reuters, Moyo mengatakan bahwa kondisi yang Ia alami adalah pengalaman yang buruk selama hidupnya karena Ia harus tidur di lantai beton dan tidak bisa menghubungi keluarganya sama sekali.
“Itu mengerikan, tapi saya optimis semuanya akan berjalan dengan baik.”
Para pejabat tidak dapat segera mengomentari persidangan yang akan berlangsung di pengadilan di Bulawayo itu.
Namun tahun lalu, seorang juru bicara menuduh Moyo membayar suap untuk melanggar undang-undang imigrasi.
Pemerintah Mnangagwa menggantikan pemimpin sebelumnya yang diketahui telah berkuasa sangat lama, Robert Mugabe, dalam kudeta tahun 2017.
Pemerintah ini memiliki hubungan yang sulit dengan media non-pemerintah. Reporter terkemuka lainnya, Hopewell Chin’ono, yang kritis terhadap pemerintah, bahkan dikabarkan telah ditangkap tiga kali.
Pengacara Moyo, Doug Coltart, mengatakan kepada Reuters bahwa negara itu memiliki “kasus yang sangat lemah” terhadap kliennya.
“Jeffrey yakin dia berurusan dengan pejabat Komisi Media Zimbabwe yang bonafid,” kata Coltart.
Moyo juga pernah bekerja untuk yayasan amal Thomson Reuters Foundation.
Reporters Without Borders menempatkan Zimbabwe pada peringkat 130 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia pada tahun 2021.
Sumber: Al Jazeera