20.4 C
Indonesia

WHO Perkirakan Dua Pertiga Populasi Afrika Mungkin Telah Terpapar Covid-19, Jauh Lebih Banyak dari yang Dilaporkan

Must read

AFRIKA – Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga orang yang tinggal di Afrika mungkin telah tertular covid-19 selama dua tahun terakhir. Jumlah itu sekitar 97 kali lebih banyak dari jumlah infeksi yang dilaporkan.

Tes laboratorium sendiri telah mendeteksi 11,5 juta kasus covid-19 dan 252.000 kematian di seluruh benua Afrika.

Akan tetapi, menurut laporan yang dirilis pada hari Kamis (8/4), sekitar 800 juta orang di benua tersebut mungkin sudah terinfeksi pada September lalu.

Baca Juga:

Pejabat WHO di wilayah Afrika mengatakan bahwa penelitian menunjukkan angka yang dikonfirmasi secara resmi “kemungkinan hanya menggores permukaan dari tingkat sebenarnya dari infeksi virus corona di Afrika”.

Adapun penelitian tersebut masih ditinjau oleh rekan sejawatnya.

“Sebuah meta-analisis baru dari studi sero-prevalensi standar mengungkapkan bahwa jumlah sebenarnya dari infeksi bisa sebanyak 97 kali lebih tinggi daripada jumlah kasus terkonfirmasi yang dilaporkan,” kata bos WHO Afrika Matshidiso Moeti.

“Ini menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga orang Afrika telah terpapar virus covid-19,” tambahnya.

Laporan tersebut menganalisis lebih dari 150 studi yang diterbitkan antara Januari 2020 dan Desember tahun lalu.

Keseluruhannya menunjukkan paparan virus melonjak dari hanya 3 persen pada Juni 2020 menjadi 65 persen pada September tahun lalu.

“Secara riil, ini berarti pada September 2021, dari 8,2 juta kasus yang dilaporkan, ada 800 juta,” kata Moeti.

Sementara itu, rata-rata global jumlah infeksi sebenarnya pun diyakini 16 kali lebih tinggi dari jumlah kasus terkonfirmasi yang dilaporkan.

Dengan akses terbatas ke fasilitas pengujian untuk sebagian besar populasi Afrika, banyak infeksi yang tidak terdeteksi.

Pengujian utamanya dilakukan kepada pasien bergejala di rumah sakit dan turis yang membutuhkan hasil PCR negatif.

“Fokusnya sangat banyak pada pengujian orang yang bergejala ketika ada tantangan dalam memiliki akses ke persediaan pengujian” dan ini mengakibatkan “kurang mewakili jumlah sebenarnya orang yang telah terpapar dan terinfeksi oleh virus”, kata Moeti wartawan.

Moeti mengatakan bahwa menghasilkan data yang akurat di benua itu sulit karena “67 persen” orang di Afrika tidak menunjukkan gejala.

Sebagian besar wilayah benua itu pun diketahui memiliki fasilitas kesehatan yang tidak memadai dan kekurangan sumber daya.

Sementara coronavirus SARS-Cov-2 memiliki efek bencana di beberapa bagian dunia, Afrika tampaknya telah lolos dari yang terburuk dan tidak separah yang ditakuti pada awal pandemi.

Dengan fasilitas dan layanan kesehatan yang lemah, banyak ahli khawatir sistem akan kewalahan.

Beberapa analisis telah dibuat tentang pola pandemi di Afrika, dengan beberapa menyimpulkan bahwa populasi muda di benua itu bertindak sebagai penyangga terhadap penyakit parah.

Di Ghana, penelitian WHO menetapkan bahwa orang muda paling banyak terinfeksi, menurut Dr Irene Owusu Donkor dari Noguchi Memorial Institute for Medical Research.

Banyak negara Afrika terbiasa dengan epidemi, tetapi angka yang dilaporkan tidak selalu mencerminkan kenyataan.

Tahun lalu, WHO memperingatkan bahwa enam dari tujuh infeksi covid-19 di Afrika tidak terdeteksi.

Sebagian besar kasus covid-19 di benua itu telah tercatat di Afrika Selatan–dengan lebih dari 3,7 juta infeksi–yang melakukan tes terbanyak dan membanggakan fasilitas kesehatan dengan sumber daya yang lebih baik dibandingkan dengan sebagian besar negara Afrika sub-Sahara.

Meskipun begitu, angka kematian resmi covid-19 juga diyakini jauh lebih rendah daripada jumlah sebenarnya.

Data terbaru yang dikumpulkan oleh Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan menunjukkan jumlah kematian bisa tiga kali lipat dari angka yang dilaporkan.

Afrika Selatan mencatat 303.969 kematian dari penyebab alami antara 3 Mei 2020 dan Sabtu lalu, namun angka resmi menunjukkan bahwa covid-19 menewaskan 100.075 orang sejak awal pandemi.

 

Sumber: Al Jazeera

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru