20 C
Indonesia

Tragedi Jatuhnya Pasar Saham Amerika Serikat

Must read

AMERIKA SERIKAT – Jatuhnya pasar saham Amerika Serikat pada tahun 1929 merupakan salah satu peristiwa kehancuran bursa yang paling besar dalam sejarah Amerika.

Peristiwa kehancuran bursa tersebut juga dikenal dalam beberapa tahapan yang dikenal dengan julukan Black Thursday (Kamis Hitam) yang merupakan awal terjadinya keruntuhan pada bursa dan Black Tuesday (Selasa Hitam) yaitu saat kehancuran terjadi yang membuat panik hingga lima hari setelahnya.

Pada saat terjadinya kehancuran tersebut, kota New York sedang bertumbuh menjadi ibu kota finansial yang utama dan metropolis. New York Stock Exchange (NYSE) ketika itu merupakan bursa efek yang terbesar di dunia.

Baca Juga:

Kegembiraan luar biasa dan keuntungan besar dari pasar yang bergairah (bullish) berakhir seketika pada hari Kamis tanggal 24 Oktober 1929 yang dikenal dengan istilah Black Thursday, sewaktu harga-harga saham di NYSE berjatuhan semuanya pada hari itu dan berlangsung terus selama sebulan mencapai nilai terendah yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Terjadi kepanikan di mana semua orang menjual saham yang dimilikinya.

Bahkan pernah dikatakan bahwa siapapun yang membeli saham pada pertengahan tahun 1929 dan menyimpannya maka ia akan melewati masa tuanya tanpa pernah melihat harga sahamnya kembali pada harga sewaktu saham tersebut dibelinya.

Pada hari Senin tanggal 28 Oktober kian banyak investor yang memutuskan untuk keluar dari bursa dengan menjual kepemilikan sahamnya dan kejatuhan harga makin menjadi-jadi.

Keesokan harinya pada tanggal 29 Oktober 1929 terjadilah apa yang dinamakan “Black Tuesday” (Selasa Hitam) di mana terjadi transaksi 16,4 juta saham, suatu angka yang memecahkan rekor yang dibuat 5 hari sebelumnya dan ini tidak pernah terjadi lagi hingga tahun 1969.

Kehancuran tersebut terjadi setelah ledakan spekulatif yang terjadi pada periode tahun 1920an di mana jutaan warga Amerika melakukan investasi besar-besaran pada bursa saham, hingga menggunakan dana pinjaman guna membeli saham.

Pada bulan Agustus 1929, para pialang secara teratur memberikan pinjaman bagi investor kecil melebihi dari 2/3 nilai saham yang dibeli investor kecil tersebut. Sebanyak 8,5 miliar USD disalurkan sebagai pinjaman, lebih besar dari jumlah uang yang beredar di Amerika saat itu.

Meningkatnya harga saham merangsang orang untuk melakukan investasi, mereka berharap harga saham akan meningkat lebih tinggi lagi.

Spekulasi inilah yang menjadi pemicu dari kenaikan harga saham pada saat itu dan menciptakan “gelembung ekonomi” (economic bubble).

Pada tanggal 24 Oktober 1929, pasar kembali berbalik arah menukik tajam dan kepanikan melanda bursa kembali.

12.894.650 saham ditransaksikan pada hari itu dimana orang-orang telah mengalami rasa putus asa untuk mencoba meredakan situasi ini.

Penjualan massal menjadi suatu faktor pendukung dari terjadinya depresi besar-besaran di Amerika. Bagaimanapun juga para ahli ekonomi dan sejarah terus menerus memiliki perbedaan pandangan tentang kehancuran ini.

Sumber: Wikipedia

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru