GUNUNG KIDUL – Sebuah benda purbakala yang diduga sebagai yoni menarik cukup banyak perhatian belakangan ini.
Batu berbentuk kotak dengan lubang di tengahnya itu berada di Pedukuhan Munggur Wetan, Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
Berdasarkan penuturan warga setempat, benda itu sudah berada di lokasinya sejak puluhan tahun lalu.
Meskipun mendapatkan perawatan dari warga, kondisi yoni itu kini memprihatinkan karena belum adanya penanganan dari pemerintah.
Tidak hanya itu, beberapa benda purbakala yang sebelumnya ada di sekitar yoni tersebut pun dikatakan telah hilang karena dicuri.
Salah satunya adalah lingga, yang merupakan pasangan yoni.
“Lingga yang hilang disebut sebagai alu mirip alat penumbuk padi. Selain itu, juga ada arca perempuan dari batu putih tapi dicuri sekitar 1974 dan tinggal menyisakan lubang bekas penggalian,” tutur seorang warga kepada wartawan, Rabu (27/7).
Dilansir dari SINDONews, yoni-lingga adalah satu kesatuan media pemujaan untuk Dewi Parwati, pasangan Dewa Siwa.
Menurut Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Dinas Kebudayaan DIY Andi Riana, setelah dilakukan penelitian, batu yoni tersebut memiliki dimensi tinggi 40 cm, lebar bawah 56×56 cm, serta badan berukuran 40×40 cm.
“Pada yoni tersebut juga terdapat lubang untuk lingga kedalaman sekitar 25 cm, dengan panjang dan lebar 18×18 cm. Kemungkinan yoni tersebut dibuat di abad sembilan masehi, karena lingga yoni umumnya berasal dari era tersebut,” paparnya.
Penampilan batu yoni itu juga berbeda dengan batu yoni pada umumnya, karena terbentuk dari batu putih yang merupakan karakteristik batu asli Gunungkidul.
Salah seorang warga bernama Sukirno meyakini bahwa jika batu itu merupakan peninggalan dari para leluhur sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran.
Oleh karenanya, ia bersama warga setempat seringkali datang ke batu tersebut untuk membersihkannya.
“Kami mencoba merawat dan menjaganya dari tangan-tangan nakal yang ingin mencuri,” ungkapnya kepada Kumparan.
Tidak hanya ancaman pencurian, batu yoni itu juga dikatakan telah ditawar beberapa kali oleh sejumlah pihak dengan harga fantastis.
Beruntung, warga hingga kini masih bersedia menjaga dan tidak melepaskan batu bersejarah itu pada pihak lain.
Riana mengatakan bahwa pihaknya akan mengecek lebih lanjut ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY untuk memastikan inventarisir yoni tersebut ke dalam benda cagar budaya.
Dimungkinkan masih adanya struktur bangunan di bawahnya, namun untuk kepastiannya masih menunggu hasil kajian dari BPCB DIY.