19.7 C
Indonesia

Ternyata Ada Surat Dari Bupati Tanah Karo Ke Presiden Jokowi Sebelum Jeruk Dari Desa Liang Melas Masuk Istana Negara

Ada strategi yang tak pernah diungkapkan ke publik terkait dikirimkannya 3 ton jeruk kepada Presiden Jokowi di Jakarta. Bupati Cory ternyata berkirim surat agar truk bermuatan besar itu diizinkan masuk ke Istana yang penuh dengan aturan protokoler ketat.

Must read

KABANJAHE – Tak kenal maka tak sayang. Demikian ungkapan yang sangat pas dikatakan tentang Cory Sriwati Br Sebayang. Dia adalah seorang ibu dan seorang wanita yang menjabat sebagai bupati di kabupaten yang teletak di Dataran Tinggi Sumatera Utara itu.

Bupati Cory berumur 73 tahun. Namun strategi yang ia gunakan untuk mendorong pembangunan di Tanah Karo patut diacungi jempol. Keberaniannya menantang arus ternyata berhasil membawa Presiden Joko Widodo datang ke Sumatera Utara, khususnya ke Desa Liang Melas Datas yang sempat menjadi buah bibir di sepanjang awal tahun 2022 ini.

Presiden Joko Widodo, Bupati Tanah Karo dan jajaran menteri terkait saat berkunjung ke Desa Liang Melas Datas pada 4 Februari 2022 (Foto: Istimewa/ THE EDITOR)

Warga Desa Liang Melas Datas mengirimkan 3 ton jeruk kepada Presiden Jokowi pada 6 Desember 2021 lalu. Jeruk tersebut dikirimkan sebagai bentuk protes warga atas jalan desa yang rusak parah. Dibutuhkan waktu berjam-jam untuk bisa melewati jalan raya sejauh 37,2 KM dari pusat kota Kabanjahe ke Kutacane, lokasi dimana Desa Liang Melas Datas berada.

Baca Juga:

4 Februari 2022 kemarin Presiden Jokowi akhirnya berkunjung ke Tanah Karo menemui para warga dan petani Desa Liang Melas.

Dan ternyata ada strategi yang tak pernah diungkapkan ke publik terkait dikirimkannya 3 ton jeruk kepada Presiden Jokowi di Jakarta. Bupati Cory ternyata berkirim surat agar truk bermuatan besar itu diizinkan masuk ke Istana yang penuh dengan aturan protokoler ketat.

Bagaimana jalan cerita yang sebenarnya? Simak pertemuan The Editor dan Bupati Cory.

The Editor datang berkunjung ke ruang kerja Bupati Cory di Kabanjahe, Sumatera Utara. Ini merupakan kunjungan pertama bagi redaksi ke ruang kerjanya sekaligus yang pertama bertatap muka dengannya.

Pukul 12.00 WIB, mobil yang redaksi tumpangi tiba di halaman kantor bupati. Sebuah eskalator yang sedang tidak aktif menjadi jalan utama menuju ruang kerjanya di lantai dua. Sebenarnya ada lift yang bisa dipakai namun satpam mengarahkan untuk naik dengan menggunakan eskalator yang tidak aktif.

Setibanya di pintu ruang kerja bupati, stafsus bupati bernama Gajut menerima kedatangan kami dengan ramah. Keramahan ini berbanding terbalik dengan isu yang beredar di luaran. Dimana disebutkan bahwa bupati sangat sulit ditemui. 

Tak sampai 5 menit, redaksi diajak masuk ke dalam ruangan. 3 menit dipakai untuk menunggu tamu yang tengah rapat bersama bupati. Tiga ruangan yang dilalui masing-masing meninggalkan kesan yang berbeda. 

Ruangan yang pertama begitu sepi dan teramat minimalis. Ruangan kedua mulai sedikit terasa nyaman karena staf ahli bupati menanti dengan ramah. Dan ruangan ketiga terasa makin ada kehidupan karena sofa dan lampu penerangan yang lebih tajam.

Pintu dibukakan oleh staf ahli dan The Editor pun masuk. Seorang perempuan duduk di sebelah kanan pintu masuk dimana meja kerjanya berada. Bupati Cory yang tadinya duduk langsung berdiri dan mempersilahkan redaksi duduk di ruang kerja sebelah kiri dimana kursi-kursi dengan susunan melingkar tersusun rapi.

Wajahnya sangat ramah. Obrolan sederhana berubah serius saat pembicaraan terarah ke rusaknya jalan Desa Liang Melas Datas sehingga membawa kasus ini sampai ke Istana Negara.

Perbincangan redaksi dengan bupati Cory juga sempat sengit. Dan ternyata dibalik suara yang tegas tersebut tersimpan sebuah rahasia yang tidak pernah dibahas di publik.

Tidak ada yang tahu bila Cory mempersiapkan dan mengirimkan sebuah surat yang ditujukan langsung kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta.

Surat itu adalah sebuah pemberitahuan kepada presiden bahwa jeruk dari Desa Liang Melas dikirim ke Istana Negara sebagai jawaban atas ditundanya pembangunan jalan Desa Liang Melas oleh pemerintah selama bertahun-tahun.

Berikut perbincangan antara The Editor dan Bupati Cory tentang Desa Liang Melas Datas:

“Bukankah kasus Desa Liang Melas menjadi preseden buruk bagi ibu?” tanya redaksi pada Rabu (2/2) siang kemarin.

“Lho sebentar kenapa preseden buruk? Coba jawab, kenapa preseden buruk?” tanya Cory dengan suara meninggi.

“Tidak ada yang tahu kan kalau saya menulis surat kepada Pak Presiden sebelumnya yang isinya mengatakan jeruk dari Desa Liang Melas akan sampai ke Istana Negara. Saya bilang itu langkah yang diambil karena jalan di Liang Melas tidak kunjung diperbaiki selama ini. Itu strategi dan saya sudah memperhitungkannya dengan baik, Saya tidak mau mati konyol dong,” katanya.

“Namun, kenapa tidak dipublikasi suratnya? Dan akhirnya menjadi liar isunya di luar,” tanya redaksi lagi.

“Itu yang kurang dari semua. Kominfo sudah saya pecat. Saya sangat menyayangkan hal tersebut. Tapi saya tidak akan mengambil keputusan tanpa berpikir,” ungkap Cory.

“Orang-orang tidak pernah tahu kalau saya adalah orang yang memperjuangkan pembangunan jalan alternatif Medan Berastagi lewat Deli Serdang juga diperjuangkan sendiri oleh saya. Saya menghubungi tiap-tiap kepala daerah sekitar. Harus dapat izin gubernur juga. Jalan itu dibangun untuk kepentingan siapa? untuk kepentingan Tanah Karo,” tandasnya.

Perlu diketahui, jalur alternatif Medan – Berastagi rencananya akan dibangun melalui Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo. Jalur ini akan melalui beberapa wilayah seperti Simpang Tuntungan – Kutalimbaru – Simpang Tanduk Banua – Dusun Sembaikan.

Rute Medan – Berastagi sering sekali macet terutama di akhir pekan. Dalam perencanannya, jalur alternatif ini akan dibangun sepanjang 55 KM dan melintasi kawasan hutan lindung sejauh 14 KM.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru