21.3 C
Indonesia

Terjadi Penikaman di Prancis, Empat Balita dan Dua Dewasa Jadi Korban

Must read

PRANCIS – Kota Annecy, Prancis, dihantui teror usai terjadi penikaman di Taman Bermain Le Paquier pada Kamis (8/6) yang melukai empat balita dan dua orang dewasa.

Video yang merekam peristiwa tersebut tersebar di media sosial, menunjukkan seorang pria berpenampilan serba hitam dan berkacamata mengayun-ayunkan pisau di lingkungan yang seharusnya aman bagi anak-anak.

Ia juga terlihat menyerang seorang anak yang berada di kereta dorong beberapa kali serta mendorong seorang wanita yang mencoba menghentikannya.

Baca Juga:

Aksinya baru berhenti ketika polisi menembak kakinya dan langsung membekuknya.

Melansir CNN Indonesia, Jaksa Annecy Line Bonnet Mathis mengatakan bahwa keempat anak yang menjadi korban berusia antara 22 bulan dan tiga tahun.

Semua korban langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, beberapa di antaranya mengalami masa kritis.

Atas tindak kejahatannya, pelaku diselidiki atas dakwaan percobaan pembunuhan.

Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne mengatakan pria itu adalah warga Suriah berusia 31 tahun. Ia diberi suaka di Swedia pada tahun 2013 lalu.

Borne juga mengatakan bahwa ia memasuki Prancis secara legal serta membawa dokumen identitas Swedia dan surat izin mengemudi.

Pelaku, menurut Borne, “tidak memiliki catatan kriminal atau psikiatris”.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan bahwa pelaku telah mengajukan permintaan suaka Prancis pada awal Juni–yang kemudian ditolak.

“[Dia] membawa lambang Kristen tertentu,” kata Darmanin, dikutip dari Reuters.

Informasi mengenai kekristenan pelaku dikonfirmasi oleh seorang wanita yang mengaku sebagai mantan istrinya.

Kepada BFM TV, ia mengatakan pria itu memang seorang Kristen. Ia berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga menjual perhiasan istrinya.

Meskipun begitu, sosok tersebut tidak pernah menunjukkan kekerasan di hadapan istrinya.

“Dia tidak menelepon saya selama empat bulan. (Hubungan kami) berhenti karena kami tinggal di Swedia dan dia tidak ingin tinggal di Swedia lagi,” jelasnya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron lewat akun Twitter-nya mengatakan serangan itu “sepenuhnya serangan pengecut”.

Ia mengutuk peristiwa itu, menyebutnya sebagai proses mundurnya peradaban negara itu.

“Korban anak-anak dan dewasa sedang berjuang antara hidup dan mati,” tambah Macron.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru