JAKARTA – Mahal dan terbatas, demikian sebutan yang ditujukan kepada alat tes virus corona bernama PCR (Polymerase chain reaction) Selama ini.
Harga PCR juga sempat mengalami penurunan dari ratusan ribu hingga kini hanya puluhan ribu saja. Tak hanya itu, spekulan harga juga bermunculan sehingga menarik nama-nama pejabat tinggi di Republik Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini.
Alasan itu juga yang membuat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berinovasi menemukan RT-LAMP.
Sesuai dengan keputusan Kementerian Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/3602/2021, dan hak paten bernomor P00202110865 kini RT-LAMP akan meramaikan pasar alat tes virus corona di Tanah Air yang diakui dunia seperti Spanyol dan Belanda.
Peneliti Kimia BRIN, Tjandrawati Mozef mengatakan pada awal pandemi Covid-19, Ia dan tim peneliti BRIN ingin menemukan deteksi RNA virus SARS-Cov-2.
“Pada saat itu, kebutuhan untuk mendeteksi virus adalah dengan menggunakan PCR. Sementara alat PCR yang ada di Indonesia sangat terbatas dan hanya terdapat di laboratorium besar. Selain itu, reagen yang digunakan untuk uji PCR merupakan impor,” jelasnya dalam keterangan yang diterima Redaksi The Editor hari ini, Senin (17/1).
Penelitian pun berlangsung. Riset juga dilakukan secara intensif. Sampai akhirnya, Tjandrawati mengajukan inovasi baru, yaitu metode RT LAMP yang mampu mendeteksi secara spesifik material genetik dari virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
Produk inovasi RT-LAMP ini menggunakan sampel ekstrak RNA hasil swab hidung yang dapat dideteksi secara kualitatif dengan melihat adanya presipitasi dengan akurasi yang baik.
Selain itu, lanjutnya, RT-LAMP bisa juga menggunakan alat real-time turbidimeter hasil inovasi riset BRIN, tim peneliti dari Pusat Riset Fisika (Dr. Agus Sukarto Wismogroho) yang sudah didaftarkan patennya. “Akurasinya dapat ditingkatkan setara dengan sistem RT-PCR dan reaksi amplifikasi dapat dipantau secara real-time,” ujar Tjandrawati.
Ia berharap, RT-LAMP BRIN mampu bersaing dengan keunggulannya. Produk inovasi BRIN ini menurut Tjandrawati dapat diaplikasikan di masyarakat dengan jangkauan lebih luas, sehingga dapat membantu program pemerintah dalam hal peningkatan kapasitas testing secara nasional.
“Selain itu hasil deteksi Covid-19 dengan RT-LAMP diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dokumen persyaratan perjalanan,” paparnya.
RT-LAMP BRIN juga sedang dikembangkan untuk dapat menggunakan sampel saliva. Metode ini diklaim oleh Tjandrawati memiliki hasil yang sangat menjanjikan.
Saat ini statusnya sedang diproses untuk pengajuan izin edar. “Secara in silico, RT-LAMP telah diuji spesifisitasnya terhadap varian-varian SARS-CoV-2, termasuk varian Delta dan Omicron, dengan hasil mampu mendeteksi varian-varian tersebut,” tutur peneliti Biokimia/Farmasi tersebut.
Sebagai informasi, di awal tahun 2022, kasus Covid-19 dengan varian Omicron terdeteksi di berbagai negara. Meskipun gejala Omicron tidak menunjukkan gejala seperti varian Covid sebelumnya, namun penyebarannya terdeteksi lebih cepat.
Cara mendeteksi sesorang terinfeksi Covid-19 varian Omicron atau lainnya adalah dengan alat tes PCR (polymerase chain reaction) dan dianalisis lanjut di laboratorium. Metode PCR ini paling akurat, namun hasil pengujian lebih lama dan biayanya relatif mahal.
Menurut Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik (OR IPT) BRIN, Agus Haryono, dalam mengantisipasi penyebaran varian baru Covid 19 adalah dengan melakukan skrining dan pengujian, termasuk dengan metode RT-LAMP.
“Skrining dan pengujian menjadi kunci penting dalam pencegahan penyebaran Covid-19, termasuk menghadapi varian Omicron,” pungkasnya.