
JAKARTA – “Yang kita butuh adalah soal komitmen. Selain itu yang kurang dari kita adalah keinginan yang besar, kita tidak ingin lepas dari impor,” sindir Luluk Nur Hamidah saat ditanya tentang alasan yang membuat swasembada bawang putih kembali gagal kepada redaksi The Editor beberapa waktu lalu.
Menurutnya, selama ini Kementan terlalu menjadikan hal-hal yang sifatnya teknis sebagai alasan swasembada bawang putih gagal.
Padahal, bila memang komitmen, lanjutnya, maka persoalan teknis yang selama ini jadi beban yang dianggap sulit untuk dikerjakan menurutnya bisa diselesaikan dengan baik.
“Kalau ada komitmen kan nggak mungkin problem teknis nggak bisa dijelaskan,” ungkapnya.
Luluk mengingatkan Kementan agar fokus pada tupoksinya karena pemerintah memberikan anggaran yang sangat besar pada kementerian ini untuk mengurus berbagai kebutuhan pangan nasional.
Baca Juga : Dengan Foto Profil Naik Private Jet, Begini Jawaban Dirjen Hortikultura Mengapa Swasembada Bawang Putih Mundur Lagi Di Tahun 2021
Bila kebutuhan bibit yang masih dipertanyakan, Ia mengingatkan lagi bila Kementan memiliki badan Litbang yang dinilai sanat mumpuni dalam membuahkan benih-beni baru lokal bawang putih.
Litbang Kementan memang kurang mendapat kekuatan politik selama ini di Tanah Air. Lingkaran setan yang kerap mendukung produk impor termasuk benih akhirnya muncul dalam industri pertanian Indonesia.
Meski demikian, Ia tetap yakin bila Litbang Kementan pasti mampu menciptakan benih bawang putih baru non impor.
“Kan ada Badan Litbang yang bisa dipakai untuk menciptakan bawang putih yang produktivitasnya bagus. Kalau benih berkualitas maka hasilnya bagus,” ungkap Luluk.
“Jadi anggaran sangat besar maka kita bilang tolong fokus pada tupoksinya karena hulunya adalah kebergantungan pada benih dan bibit. Benih dan bibit kita temukan dan kita tidak gunakan benih bibit punya paten luar. Nanti kita kasih benefit ke asing,” pungkasnya.
Kata Luluk, selama ini pemerintah daerah seperti bupati juga mendukung kebutuhan lahan yang diminta oleh Kementan untuk dijadikan sebagai daerah penanaman bawang putih.
Jadi, ketiadaan lahan menurutnya bukan alasan yang bisa dijadikan meski saat ini lahan pertanian semakin sempit.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Irmawan, Anggota DPR RI dari Komisi IV mengatakan bila ini adalah masa yang tepat bagi Indonesia untuk tidak lagi bergantung dengan impor bawang putih. Kegagalan swasembada bawang putih hingga dua kali berturut-turut menurutnya sudah masuk dalam tahap yang sangat memprihatinkan.
“Kita harusnya tidak tergantung impor terus bawang putih ini. Kita berharap ke pemerintah serius melakukan swasembada bawang putih agar tidak terjadi (impor) lagi di masa mendatang,” ungkapnya.