JAKARTA – Ajang penghargaan Festival Film Internasional Ke-72 Berlin, atau yang lebih sering disebut Berlinale, akan resmi dimulai dua hari lagi. Untuk itu, Indonesia agaknya perlu meningkatkan rasa antusias mengingat salah satu karya anak bangsa telah terpilih untuk bersaing di program utama gelaran tersebut.
“Before, Now & Then” adalah film berbahasa Sunda lawas karya sutradara perempuan kebanggan Indonesia, Kamila Andini.
Film ini mengisahkan sosok Raden Nana Sunani (Nana) yang diperankan oleh Happy Salma.
Dilansir dari VOI, Nana melarikan diri dari gerombolan orang yang datang ingin mempersuntingnya.
Nana kemudian menetap di Bandung dan menikah dengan seorang laki-laki dari keluarga menak.
Ketika mendapati sang suami memiliki perempuan simpanan, Nana justru memberikan dukungan kepada perempuan tersebut.
Keduanya kemudian berbagi penderitaan dan kebahagiaan sebagai sesama perempuan yang berjuang hidup pada tahun 1960an.
Sebelum melangsungkan pemutaran perdana di Berlinale, “Before, Now & Then” telah meluncurkan trailer pertamanya, Senin (7/2).
Trailer tersebut diunggah oleh kanal YouTube Screen International dan berdurasi 2 menit 5 detik.
Sebagaimana film-film yang mengisahkan masa lampau pada umumnya, trailer “Before, Now & Then” juga menampilkan nuansa pencahayaan yang lebih gelap dibanding film-film yang menceritakan masa sekarang.
Pencahayaan ditekankan pada warna hijau menuju hitam pada pagi hari, dan hitam serta kekuningan akibat lampu saat cerita berpindah ke malam hari.
Pada bagian awal hingga tengah trailer, kesan misterius Nana dan kehidupan di sekitarnya terlihat sangat mendominasi.
Sampai di pertengahan, suasana sunyi berubah seketika dengan lantunan musik Sunda jadul yang bernada riang.
Suasana kekeluargaan mulai muncul lewat berbagai cuplikan kegiatan, yang semuanya terasa sangat cepat.
Hingga setengah menit menuju detik terakhir, penonton akan kembali menyaksikan tanda tanya besar tentang apa-apa saja yang terjadi di sekeliling Nana.
Tempo bagian ini akan kembali melambat, namun sayangnya trailer terlanjur tamat.
“Proyek film yang sangat ambisius tentang sejarah Indonesia tanpa kehilangan pendekatan pribadi dan orisinal dari perspektif perempuan,” puji Carlo Chatrian, selaku Sutradara Artistik Berlinale tahun ini, sebagaimana dikutip oleh Kamila dalam akun Instagramnya.
“Cerita dijalin dengan musik dan perasaan yang tidak bisa kita hindari,” sambungnya.
Berlinale tahun ini bukanlah kali pertama Kamila mengharumkan perfilman Indonesia.
Sebelumnya, pada tahun 2018, Kamila bahkan berhasil memenangkan kategori Film Terbaik lewat karyanya yang berjudul “Sekala-Niskala” (The Seen and Unseen).