MALANG – Sabtu (1/10) malam kemarin tidak berakhir dengan baik bagi banyak orang yang menghadiri pertandingan sepak bola Arema-Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Pelampiasan emosi mereka akibat Arema yang kalah 2-3 dari lawannya itu dibalas dengan tembakan gas air mata dari polisi.
Suasana yang sudah rusuh menjadi lebih parah karena orang-orang berlarian menyelamatkan diri.
Tidak hanya mereka yang melangsungkan protes di lapangan, ribuan orang di tribun juga tidak ingin terkena semburan gas air mata yang berbahaya.
Akibatnya, banyak yang berjatuhan, terinjak, terpisah dengan orang terdekatnya, bahkan meregang nyawa.
Jumlah orang yang membutuhkan bantuan medis berkali-kali lipat dari jumlah tim medis yang disiapkan untuk pertandingan.
Jumlah korban pun semakin bertambah seiring waktu berjalan.
Dikutip dari CNN Indonesia, Menteri Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan bahwa total korban yang meninggal dan terluka akibat tragedi ini mencapai 448 orang.
“Hasil akhir dari korban yang sudah diverifikasi semua pihak termasuk Polri dan penyelenggara ada 448 korban,” kata Muhadjir usai rapat koordinasi di Pendopo Panji, Kepanjen, Malang, Senin (3/10).
Adapun dari 448 korban tersebut, 125 orang di antaranya meninggal dunia, 302 orang mengalami luka ringan, dan 21 orang sisanya menderita luka berat.
Untuk menangani para korban, sebanyak 24 rumah sakit dijadikan rujukan.
Tragedi ini lantas dengan cepat mencuri perhatian banyak pihak, tidak hanya mereka yang berkecimpung di dunia sepak bola dan olahraga, melainkan juga dari masyarakat dari beragam latar belakang.
Tidak hanya dari dalam negeri, melainkan juga dari seluruh dunia.
Dilansir dari Antara, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan untuk diadakan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelaksanaan pertandingan dan prosedur pengamanan.
Presiden juga meminta Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo untuk melakukan investigasi dan mengusut tuntas tragedi berdarah ini.
Kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Jokowi memerintahkan agar para korban diberikan pelayanan terbaik.