JAKARTA – Hancurnya Bendungan Kakhovka, Ukraina, pada Selasa (6/6) memicu munculnya pembicaraan mengenai dampak yang harus ditanggung oleh sejumlah pihak yang berurusan dengan fasilitas raksasa itu.
Pasalnya, bendungan tersebut dibangun pertama kali sebagai bagian dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Kakhovka dan kini juga memasok air ke pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia.
Melansir CNN Indonesia, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan tak ada risiko langsung terhadap nuklir di pabrik akibat meledaknya bendungan.
Meskipun begitu, IAEA menegaskan pihaknya sedang memantau situasi dengan cermat.
Menyusul hancurnya bendungan, permukaan air terpantau meningkat dengan cepat dalam kurun waktu hanya beberapa jam dan menyebabkan banjir hebat.
Perintah evakuasi telah dikeluarkan, dengan pejabat Moskow yang ditempatkan di wilayah tersebut mengatakan 22 ribu orang dan 14 permukiman berisiko terdampak luapan air.
Sementara bahaya terus mengintai, baik Rusia maupun Ukraina sama-sama tidak mau mengaku sebagai dalang di balik hancurnya bendungan dan justru saling menyalahkan.
Para pejabat pro-Rusia di wilayah Kherson menuduh Ukraina menyerang bendungan beberapa kali pada Senin (5/6) malam waktu setempat.
Hal itu, klaim mereka, telah memicu kehancuran katup hidrolik pada PLTA tersebut. Mereka juga menegaskan bahwa bendungan tidak hancur total.
Di sisi lain, militer Ukraina menyatakan bahwa pasukan Rusia adalah pihak yang bertanggung jawab atas meledaknya bendungan itu.
“(Bendungan) Kakhovka diledakkan oleh pasukan pendudukan Rusia,” tulis Komando Selatan Angkatan Bersenjata Ukraina dalam pernyataan mereka.
“Skala kehancuran, kecepatan dan volume air, dan kemungkinan area-area tergenang sedang diklarifikasi,” sambung mereka.
Adapun bendungan itu, yang dibangun pada tahun 1956 di Sungai Dnipro, tengah berada di bawah kekuasaan Rusia saat terjadi ledakan.
Diketahui pula bahwa bendungan itu juga memasok air ke Semenanjung Krimea, wilayah yang dicaplok Rusia dari Ukraina pada tahun 2014 lalu.
Mengutip Kontan, secara peperangan, hancurnya bendungan juga mengubah garis depan pertempuran–pada saat Ukraina melancarkan serangan balasan yang telah lama dinantikan untuk mengusir pasukan Rusia dari wilayahnya.