21.3 C
Indonesia

Satu Orang Jugun Ianfu Harus Melayani Nafsu Seks 100 Tentara Jepang

Must read

KOREA SELATAN – Di Cina dan Filipina perempuan juga dipaksa menjadi budak seks oleh tentara militer Jepang.

Disadur dari The Diplomat, seorang dokter militer Jepang melaporkan bahwa militer Jepang yang telah menduduki sebuah desa di Cina memerintahkan kepala desa untuk mengambil wanita dan menjadikan mereka budak seks.

Peraturan wanita penghibur dari satu unit militer Jepang (diterbitkan pada tahun 1940) mengatakan bahwa satu wanita penghibur ditugaskan untuk setiap 100 tentara.

Baca Juga:

Seorang wanita penghibur akan melayani 70-80 tentara secara seksual pada hari libur atau sehari sebelum pertempuran yang direncanakan.

Perempuan tidak diberi hak untuk menolak. Peraturan ini juga mengatur bahwa wanita penghibur tidak diperbolehkan melakukan perjalanan lebih jauh dari 200 meter ke segala arah.

Dokumen-dokumen resmi ini dengan jelas menunjukkan bahwa wanita penghibur militer Jepang pada kenyataannya tidak bebas untuk meninggalkan atau menolak pekerjaan seks. Mereka adalah budak seksual.

“Tanpa dokumen apapun, mereka membeli anak perempuan petani miskin seperti perdagangan manusia, membuat mereka bekerja, dan membuang mereka seperti budak. Dengan cara ini, tidak ada harapan untuk mendapatkan kebebasan sampai kematian,” tulis seorang ahli bedah militer Jepang dalam buku harian perangnya (diterbitkan pada tahun 1983).

Kesaksian dari dokter militer Jepang ini sangat mendukung penegasan bahwa para wanita penghibur itu adalah budak seks. Ahli bedah yang sama juga menggambarkan adegan di mana seorang wanita yang tertipu diubah secara paksa menjadi wanita penghibur.

Kisah Jugun Ianfu asal Korea ini juga diceritakan oleh seorang tentara Jepang. Berdasarkan kisah-kisah ini, sebagian besar wanita penghibur dibawa ke medan perang setelah ditipu dengan berpikir bahwa mereka akan mendapatkan gaji dengan bekerja di restoran untuk militer atau membantu perawat di rumah sakit militer. Tentara Jepang juga merekam kesaksian para wanita yang melarikan diri dan terbunuh.

Pada awal 1938, Kementerian Dalam Negeri Jepang memilih perekrut secara diam-diam dan mengeluarkan dokumen resmi yang memerintahkan mereka untuk merekrut perempuan dan memindahkannya ke rumah bordil di luar negeri.

Para perekrut menjalankan rumah bordil ini, yang secara halus disebut “pusat kenyamanan”. Ini adalah bukti nyata bahwa pemerintah Jepang dan militer Jepang mengelola rumah bordil militer serta perekrut rumah bordil.

Sejumlah dokumen resmi lainnya telah ditemukan menunjukkan bahwa pemerintah Jepang dan militer Jepang memutuskan untuk mendirikan rumah bordil militer dan mengoperasikannya bersama-sama.

Jepang lebih keras terhadap wanita di wilayah pendudukan. Setelah mengusir tentara Belanda dan menduduki Indonesia, pasukan Jepang mengambil lebih dari 60 wanita Belanda yang telah ditangkap dan mengubahnya menjadi budak seks.

Pelakunya dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan militer setempat setelah perang. Banyak dari catatan resmi ini tetap ada.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru