KHAN YOUNIS – Nyawa ribuan pasien di Gaza terancam karena bahan bakar generator diperkirakan akan habis dalam waktu 2 hari ini.
Perlu diketahui, Israel telah menutup jalur bahan bakar sepanjang 40 km setelah serangan yang dilakukan oleh Hamas pekan kemarin.
Rumah Sakit Nasser yang terletak di bagian Selatan kota Khan Younis dipenuhi oleh pasien yang terluka, terutama di bagian ruang perawatan intensif.
Kebanyakan di antara mereka adalah anak-anak berusia di bawah 3 tahun.
Ratusan orang datang ke rumah sakit itu karena terkena ledakan dan mengalami luka parah.
Dr. Mohammed Qandeel, seorang konsultan di bagian perawatan kritis mengatakan kepada AP pada Senin (16/10) bahwa bahan bakar untuk menyalakan generator rumah sakit telah habis.
Katanya, saat ini terdapat 35 pasien yang tengah dirawat di ICU dan membutuhkan ventilator. Sementara 60 pasien lainnya tengah menjalani perawatan dialisis.
“Jika bahan bakar habis, maka seluruh sistem kesehatan akan berhenti. Sementara anak-anak menangis kesakitan,” ungkap Dr. Mohammed.
“Semua pasien di rumah sakit ini bisa meninggal dunia bila listrik padam,” katanya.
Sementara itu, Dr Hussam Abu Safiya, kepala pediatri di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara mengatakan bila fasilitas pediatri tidak dikosongkan meski Israel telah memberi peringatan.
Pasalnya saat ini terdapat 7 orang bayi yang baru lahir dan tengah mendapat perawatan ventilator di ICU.
“Evakuasi berarti kematian bagi mereka dan pasien lain yang kami rawat,” ungkap Dr Hussam.
Apa Kata WHO?
Ahmed Al-Mandhari, Direktur Regional WHO mengatakan bila rumah sakit di Gaza dapat memindahkan beberapa pasien ke wilayah utara.
“Namun kebanyakan di antara pasien itu tidak dapat di evakuasi,” kata Ahmed.
Salah satu rumah sakit terbesar di Gaza, yaitu Rumah Sakit Shifa telah menguburkan setidaknya 100 jenazah di kuburan massal.
Sementara itu, puluhan ribu orang yang ingin selamat dari perang berkumpul di kompleks rumah sakit.
Gaza dinilai sudah masuk dalam krisis kemanusiaan karena pasokan air dan pasokan medis semakin berkurang akibat dikepung oleh Israel.
“Bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya sedang terjadi di depan mata kita,” kata Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina.
Kepada CNN Sullivan mengatakan bahwa para pejabat Israel telah menyalakan air di Gaza Selatan.
Menteri Energi dan Air Israel, Israel Katz, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa air telah dipulihkan di satu “titik tertentu” di Gaza.
Seorang juru bicara mengatakan lokasinya berada di luar Khan Younis. Pekerja bantuan di Gaza mengatakan mereka belum melihat bukti bahwa air kembali mengalir.
Israel sendiri telah memerintahkan lebih dari 1 juta warga Palestina untuk pindah ke Selatan Gaza.
Pasukan militer israel mengaku berusaha meminta warga sipil untuk pindah dari Utara ke Selatan karena wilayah utara Gaza dianggap sebagai wilayah jaringan Hamas yang dilengkapi dengan terowongan, bunker, dan peluncur roket.
Sementara itu, Hamas mendesak masyarakat Gaza untuk tetap berada di rumah mereka masing-masing.
Militer Israel juga merilis foto-foto yang berisi upaya Hamas yang ingin mencegah lalu lintas pengungsi Gaza yang ingin bergerak ke Selatan.
Juru Bicara Militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan saat ini dikabarkan lebih dari 600.000 orang telah di evakuasi dari wilayah Gaza.
Amerika Serikat juga dikabarkan telah berusaha menengahi kesepakatan untuk membuka kembali jalur penyeberangan Rafah dan Gaza di Mesir agar warga Amerika dan orang asing lainnya dapat keluar dari Gaza dan bantuan kemanusiaan yang dikumpulkan dari pihak Mesir dapat didatangkan.
Penyeberangan tersebut ditutup karena serangan udara pada awal perang, dan belum dibuka kembali hingga saat ini.
Israel sendiri mengatakan pengepungan hanya akan dicabut jika para tawanan dibebaskan.